Home Politik MUI: Ada Ketidakadilan Perlakuan Hukum Terhadap Tokoh Islam

MUI: Ada Ketidakadilan Perlakuan Hukum Terhadap Tokoh Islam

Jakarta, Gatra.com - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyerukan bersatu dan bangkitnya umat Islam saat ini. 

“Saya merasakan adanya ketidakadilan hukum. Mengapa hanya umat Islam yang disorot,” katanya di Kantor MUI Pusat, kepada Gatra.com, di Jakarta, Selasa (14/5).

Anwar mencontohkan kasus ujaran kebencian dan kekerasan oleh tokoh-tokoh non-muslim, yang tidak dilanjutkan proses hukumnya, sedangkan tokoh-tokoh Islam tetap diproses.

“Laiskodat (Gubernur Nusa Tenggara Timur) dan Cornelis (Mantan Gubernur Kalimantan Barat) kok ada kesan dibiarkan aja nggak di lanjutkan proses hukumnya,” ujarnya. 

Anwar juga mencontohkan pengejaran Tengku Zulkarnain di Kalimantan dan Fahri Hamzah di Sulawesi Utara oleh kelompok bersenjata beberapa tahun lalu.

Anwar beralasan lemahnya umat Islam karena tidak menguasai kapital (modal). 

“Sependapat dengan Noam Chomsky dan Jeffrey Winters, orang yang berpengaruh dalam suatu negara bukan politisi, namun pemilik kapital,” ungkapnya.

“Anda lihat real estate siapa yang punya? Orang Islam mana punya (sebagai pengembang),” keluh Anwar. 

Ia juga menambahkan orang terkaya di Indonesia bukan berasal dari umat Islam. Sebaliknya, produk-produknya dibeli oleh umat muslim justru seperti rokok.

Menurutnya, ketidakadilan tersebut tidak hanya terjadi secara lokal, namun sudah meluas ke regional dan global. 

“Di Jerman, Partai Kristen Demokrat tak dipermasalahkan? Di India, Bharatiya Janata, apa tidak bawa Agama? Dibiarkan oleh dunia tuh. Tapi, FIS (Front Keselamatan Islam) menang di Aljazair, Amerika turun tangan,” keluhnya.

Anwar menyayangkan sikap sebagian negara Barat yang selalu memojokkan kalangan umas Islam di dunia. 

“Kita lihat Amerika dan Irak. Amerika negara teroris. Saddam Hussein sampai mati dibuatnya. Alasannya senjata kimia, ternyata nggak ada juga. Alasannya ternyata ekonomi,” tegasnya.

Anwar berpandangan bahwa inilah saatnya umat Islam bangkit dan menebar rahmat bagi seluruh dunia. 

“Kalau kita nanti menebar rahmat. Nanti kita memimpin dunia, mungkin saya (sudah) meninggal dunia,” kata pengajar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini.
 

3505