London, Gatra.com - Organisasi bantuan dan advokasi anak-anak internasional di Belanda, KidsRights merilis survei tahunan terkait besarnya diskriminasi terhadap anak-anak migran dan kurangnya perlindungan hukum bagi anak-anak muda yang miskin. Hasilnya, KidsRights menempatkan Selandia Baru dan Inggris dalam 20 besar negara terbawah dalam ranking tahunannya.
Dilansir dari AFP, survei KidsRights yang dirilis hari ini, Selasa (14/5), menunjukkan Inggris dan Selandia Baru gagal dalam menegakkan hak anak. Skor dua negara ini bahkan lebih rendah dari Suriah yang terbelit perang juga Korea Utara. NGO tersebut menempatkan Inggris dalam peringkat ke- 170 dan Selandia Baru nomor 169 dalam survei di 181 negara.
Pendiri dan Ketua KidsRights, Marc Dulleart mengatakan sangat memalukan saat mengetahui negara-negara seperti Inggris dan Selandia Baru berada pada peringkat terendah dalam indeks ini.
Baca Juga: Sidang Tertutup PN Pontianak: Kasus Audrey Temui Kata Sepakat
"Tentu saja situasi di Inggris jauh lebih baik daripada di Afganistan atau Suriah. Tetapi itu bisa dikatakan relatif jika mengacu pada posisi mereka dalam survei ini," kata Dulleart. "Mengingat status ekonomi, status negara dengan demokrasi tinggi, dan negara yang tidak berperang, maka hasilnya cukup mengerikan di negara maju yang kaya ini. Dimana skor pada prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-hak Anak adalah skor terendah," tambahnya.
Pemeringkatan KidsRights tahunan menggandeng Erasmus School of Economics di Rotterdam. Mereka menggunakan data PBB untuk mengukur bagaimana negara-negara mengukur Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak.
Dalam survei ini, Islandia berada di puncak tertinggi sebagai negara yang menjamin hak-hak anak di negaranya. Posisi berikutnya diisi oleh Portugal, Swiss, Finlandia, dan Jerman. Afganistan menempati posisi terendah, diikuti oleh Sierra Leone, Chad, Guinea Ekuatorial, dan Republik Afrika Tengah.
Baca Juga: Secara Fisik, Ibu Lebih Reseptif Kepada Anak daripada Bapak
Sementara itu, booming pertumbuhan ekonomi di negara-negara seperti Cina, India, dan Myanmar dinilai gagal menunjukkan tingkat perbaikan hak anak di negara-negara tersebut. Namun Thailand dan Tunisia secara mengejutkan menempati peringkat yang sangat tinggi, "Dengan keterbatasan sumber daya yang mereka miliki, mereka menempatkan semuanya ke generasi berikutnya," kata Dullaert.
Ia juga mendesak pemerintah untuk berinvestasi pada anak-anak, dengan memenuhi hak-hak anak sekarang untuk mendapatkan manfaat di masa depan.
Selain mengumumkan survei untuk negara-negara di dunia, KidsRights juga akan memberikan penghargaan perdamaian anak-anak internasional tahunan. Salah satu peraih penghargaan ini adalah pemenang Nobel asal Pakistan, Malala Yousafzai.