Jakarta, Gatra.com - Persoalan utama pada daerah tertinggal yang paling kompleks dan terlihat jelas adalah rendahnya status perekonomian dan pendidikan yang berpengaruh pada sumber daya manusia. Hal ini memerlukan perhatian khusus terutama di wilayah-wilayah perbatasan.
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Samsul Widodo, mengatakan bahwa upaya percepatan pembangunan Daerah Tertinggal harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak biasa, salah satunya dengan mendekatkan teknologi ke daerah-daerah tertinggal.
”Persoalan pendidikan di Daerah Tertinggal tidak hanya terkait aksesibilitas dan minimnya sarana prasarana, namun juga rendahnya ketersediaan tenaga pendidik," katanya di Jakarta, Selasa (14/5).
Selama ini, lanjut Samsul, sebaran tenaga pendidik di Daerah Tertinggal lebih banyak ada di ibu kota kabupaten. Belum lagi masalah kualitas belajar mengajar yang juga perlu diperbaiki. Untuk menjawab persoalan tersebut, Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal bekerja sama dengan Zenius Education untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Daerah Tertinggal.
"Melalui inovasi dan teknologi, kami mencoba menjangkau hal-hal yang sebelumnya sulit bahkan belum pernah dijangkau untuk mengembangkan literasi dan praktik digital di Daerah Tertinggal,” paparnya.
Zenius Education, lanjutnya, akan mendukung pengembangan SDM di Daerah Tertinggal melalui platform Zenius Prestasi. Platform ini dapat membantu siswa untuk belajar dan bahkan membantu daerah yang memiliki keterbatasan jumlah guru untuk memantau perkembangan belajar siswa serta menyusun program pembelajaran selanjutnya.