Jakarta, Gatra.com - Direktur Pemasaran Pertamina Mas’ud Khamid mengungkapkan, konsumsi solar pada tahun ini stabil. Bahkan pada bulan Ramadan ini cenderung malah menurun. "Solar (grafiknya) datar biasa. Puasa ini cenderung turun 15 persen," katanya kepada Gatra.com, di Gedung DPR/MPR, Selasa (14/05).
Akibat dari penurunan itu, maka diperkirakan tahun ini pihak Pertamina tidak perlu melakukan impor untuk memasok kebutuhan solar dan avtur. Pasalnya, ada B20 dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Meski begitu, Pertamina juga akan tetap menghitung kebutuhan dua jenis bahan bakar ini tahun depan. "Tahun depan kita lihat dulu bisnis transportation seperti apa. Tergantung konsumsi," jelasnya.
Di sisi lain, Mas'ud bilang, biasanya Pertamina mengimpor jenis crude untuk solar dan avtur, lalu akan diolah di kilang Pertamina di Cilacap dan Balikpapan. "Dulu kan belum ada B20, jadi kurang 20 persen. Lalu Produksi crude KKKS tadinya kan KKKS di ekspor. Jadi cukup kebutuhan untuk solar dan avtur," katanya lagi.
Baca juga: Biosolar B50, Mungkinkah?
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto menegaskan, impor Solar untuk jenis CN 48 sudah disetop. Ini berkat program produksi B20 yang bisa mmemenuhi sebagian kebutuhan dalam negeri.
Sedangkan untuk avtur, menurut Djoko kebutuhan dalam negeri memang sudah bisa dipenuhi, sehingga belum butuh impor lagi. "Bisa dicukupi dari produksi kilang dalam negeri," katanya.
Persediaan avtur dalam negeri juga semakin meningkat. Yang biasanya untuk 30 hari, tahun ini bisa 42 hari. Ini setelah pihak maskapai mulai menurunkan permintaan akibat kenaikan tarif penerbangan yang membuat frekuensi penerbangan juga menurun.