Home Kesehatan Intip Enam Riset Terpilih yang Fokus Dalam Penyakit Menular di Indonesia

Intip Enam Riset Terpilih yang Fokus Dalam Penyakit Menular di Indonesia

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bekerjasama dengan Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund dalam mendanai enam buah penelitian terbaik di bidang penyakit menular (infectious disease). Dana yang dikucurkan untuk penelitian ini sebesar Rp37 miliar dengan perincian, Rp32 miliar dari Inggris dan Rp5 miliar dari Indonesia.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste, Moazzam Malik mengatakan, ancaman penyakit menular sangat tinggi di Indonesia. Hal ini tentu berimbas pada keberlangsungan hidup masyarakat dan perekonomian secara nasional. Lewat kerja sama ini diharapkan ilmuan terbaik Inggris-Indonesia dapat berkontribusi mengurangi tingkat kerawanan penyakit menular. 

“Dengan bermitra, Newton Fund dan Kemenristekdikti berkomitmen untuk mendanai riset-riset kolaborasi berskala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif secara sosial dan ekonomi,” ujar Moazzam dalam konferensi pers peluncuran kerja sama riset penyakit menular Indonesia-Inggris melalui Program Newton Fund antara Medical Research Council (MRC) dan Kemenristekdikti, Senin (13/5).

Kata Moazzam, bila dibandingkan dengan hasil riset negara lain, hasil riset Inggris lebih banyak dikutip. Hal ini berangkat dari prestasi yang ditorehkan para ilmuan disana karena 54% hasil penelitiannya masuk dalam kategori terbaik dunia. Selain itu, 28% persen peraih nobel memilih untuk bersekolah di Inggris.

“Saya bangga kami bisa bermitra dengan ilmuan di Indonesia untuk menghadapi isu penting di bidang kesehatan. Saya harap riset-riset terpilih ini berguna bagi masyarakat Indonesia untuk hidup lebih lama, sehat dan makmur,” imbuh Moazzam.

Adapun keenam riset yang terpilih dari 22 buah proposal yang masuk yaitu

1.Cathelicidins As Novel Therapeutic Antivirals For Dengue Infections oleh peneliti Dr. Anom Bowolaksono dari Universitas Indonesia dan Dr. Peter Barlow dari Edinburgh Napier University, Inggris. Riset publikasi internasional ini bertujuan untuk menguji molekul cathelicidins yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh manusia dan mencari tahu apakah molekul tersebut dapat dimodifikasi untuk memerangi demam berdarah.

2.Pathogen Exchange at the Human Wildlife Interface – a Comprehensive Molecular Study on Vector-Borne Disease in Rural Sulawesi’ oleh peneliti Dr. Isra Wahid dari Universitas Hasanuddin dan Dr. Janet Cox-Singh dari University of St. Andrews. Riset metode ini bertujuan untuk memahami peran interaksi binatang dan manusia dalam penyebaran penyakit menular seperti malaria dan lainnya.

3.Feasibility, Acceptability and Impact of an Innovative, Tailored HIV Prevention Intervention for MSM at High-Risk if HIV in Indonesia oleh Profesor Irwanto dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Dr. Keerti Gedela dari University of Chelsea & Westminster Hospital NHS Foundation Trust. Riset terapan ini bertujuan menyelidiki pencegahan HIV yang inovatif, baik melalui pelayanan deteksi yang memadai, juga penanganan yang cepat bagi masyarakat yang sudah terkena dampak HIV.

4.Using Host-Responses and Pathogen Genomics to Improve Diagnostics for Tuberculosis in Bandung, Indonesia oleh Profesor Ida Parwati dari Univera Padjadjaran dan Professor Taane Clark dari The London School of Hygiene & Tropical Medicine. Untuk mengkontrol tuberkulosis ini, riset paten ini bertujuan untuk mengidentifikasi pasien tuberkulosis sejak dini dan meningkatkan pengawasan pada masa pengobatan. Kapasitas analisa akan ditingkatkan, dan pembangunan teknologi yang tepat akan dikembangkan.

5.Improving Diagnosis of Brain Infections in Indonesia Using Novel and Established Molecular Diagnosis Tools’ oleh Profesor Tri Wibawa dari Universitas Gadja Mada dan Dr. Michael Griffiths dari University of Liverpool. Riset berjenis publikasi ini bertujuan untuk menyelidiki pemakaian peralatan molekuler yang dapat meningkatkan diagnosa penderita infeksi otak di Indonesia.

6.Point of Care Test in the Diagnosis of Chronic and Allergic Aspergillosis oleh Dr. Anna Rozaliyani dari Universitas Indonesia dan Dr. Chris Kosmidis dari University of Manchester. Diagnosis penyakit aspergillosis terbilang mahal dan memerlukan peralatan khusus. Riset paten ini bertujuan mengembangkan uji diagnosa yang lebih mudah dan terjangkau.

514