Cilacap, Gatra.com – Para nelayan Cilacap, terutama di sekitar kawasan Selat Nusakambangan hingga Bengawan Donan, berharap aparat berwenang segera mengevakuasi buaya yang beberapa hari terakhir ini menampakkan diri perairan selat Nusakambangan.
Koordinator Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP) Nusakambangan Cilacap, Tarmuji, mengatakan bahwa keberadaan buaya itu membuat nelayan dan warga waswas untuk beraktivitas di kawasan tersebut. Padahal, perairan Teluk Penyu hingga Laguna Segara Anakan merupakan kawasan bagi nelayan Cilacap mencari ikan serta beraktivitas transportasi air.
Selain itu, kawasan Pantai Teluk Penyu adalah pantai wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Dia khawatir, keberadaan buaya mengancam warga yang tengah beraktivitas di wilayah itu.
“Teman kami kebetulan ada kegiatan di Selat Teluk Penyu, ternyata ada buaya, Mas. Cukup dekat, tiga-empat meter,” katanya, Senin (13/5). Adanya buaya itu telah dilaporkan sepekan sebelumnya. Tetapi, keberadaan buaya itu baru dipastikan pada Sabtu (11/5). Jumlahnya satu ekor dengan ukuran panjang tibuh sekitar 3-4 meter.
Selain buaya yang sudah pasti keberadaannya, ada informasi dari wilayah Nusakambangan di sisi barat kawasan Kampung Laut, nelayan setempat sempat melihat tujuh ekor buaya.
“Yang dilihat teman-teman kami di sini ada satu ekor. Tetapi berdasar informasi anggota kami dan nelayan di Nusakambangan Barat, di kawasan Kampung Laut, itu informasinya ada tujuh ekor,” ujarnya.
Tarmuji mengemukakan, selama bertahun-tahun belakangan ii tidak ada penampakan buaya di kawasan Teluk Penyu hingga Laguna Segara Anakan. Namun, kini kawasan tersebut sudah padat aktivitas, contohnya aktivitas kapal angkut batu bara, bongkar muat semen, dan transportasi air lainnya. Untuk menghindari risiko ancaman terhadap manusia, nelayan dan warga berharap, buaya tersebut segera dievakuasi atau ditangkap.
“Para nelayan tidak tahu harus berbuat apa ya. Yang jelas, banyak yang mengeluh, nelayan Bengawan Donan, nelayan (perahu) kecil agak takut. Mungkin perlu untuk segera ditindaklanjuti (dievakuasi),” katanya.
Tarmuji mengaku belum mengetahui asal-muasal buaya. Dia menduga buaya itu bermigrasi dari sebuah tempat ke kawasan ini. Namun, menilik kronologi kemunculan buaya sejak pertama terdeteksi di Kampung Laut, ada dugaan buaya itu berasal dari perairan Pangandaran. Sebab, beberapa waktu sebelumnya, seekor buaya cukup besar diketahui juga terlihat di Pangandaran.
Dia mengatakan, sementara ini, MPP masih berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah wilayah Konservasi II Cilacap-Pemalang. MPP juga berkoordinasi dengan pihak lain, seperti kepolisian dan rukun nelayan. "MMP mengimbau nelayan untuk meningatkan kewaspadaan," katanya.