Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menanggapi isu pembubaran Front Pembela Islam (FPI). Wacana ini berkembang setelah muncul petisi yang ditandatangani lebih dari 49 ribu orang menolak perpanjangan izin Ormas FPI oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Said Aqil menegaskan siapa pun yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menggerogoti Pancasila harus dibubarkan.
"Siapa pun dan apa pun, kalau tidak mendukung bahkan menggerogoti Pancasila dan UUD 1945, ya harus kita berantas. Apa pun tindakan, apalagi ideologi, kalau bertentangan, mengancam dan mengkhawatirkan keutuhan NKRI dan pancasila ya harus kita hilangkan," ujar Said Aqil kepada Gatra.com di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (13/5).
Baca Juga: Mengapa Banyak Masyarakat Tolak Perpanjang Izin FPI?
Kendati FPI memiliki amaliyah ibadah yang sama dengan PBNU, Said Aqil mengaku heran dengan berbagai langkah yang dilakukan FPI yang menimbulkan keresahan dan perpecahan.
"NU dan FPI sama-sama aswaja dalam amaliyah, tapi saya tidak mengerti asal mulanya gimana, saya tidak tahu gimana asalnya, siapa yang bikin," ujar pengasuh Pondok Pesantren Ats Tsaqafah Ciganjur ini.
Kendati demikian, Said Aqil mengaku tak sepakat dengan respon dari A.M Hendropriyono yang dinilai mendiskreditkan warga keturunan Arab. "Saya tidak sepakat dengan Pak Hendropriyono, masih banyak keturunan Arab yang nasionalis," ujarnya.
Baca Juga: Terkait Petisi Stop Izin, FPI: Ah, Biasa Saja Itu
Menurut Said Aqil, bukan merupakan ulama jika mengadu domba serta memprovokasi masyarakat. Ulama seharusnya memandang masyarakat dengan kasih sayang, tidak memprovokasi, tidak mengajak umatnya bermain keras dan terpecah belah.
"Mana ada kiai yang adu domba dan ajak berantem? Kalau ada yang mau cerai, ditahan. Berantem diakurkan. Kena musibah, diajak sabar. Ulama itu ilmunya mumpuni, mengamalkan ilmunya, akhlaknya baik dan tidak mencintai dunia," pungkas Said Aqil.