Mataram, Gatra.com - Perum Bulog Divisi Regional NTB menyebut bahwa sejauh pengamatan di lapangan, keberadaan bawang putih lokal masih mencukupi permintaan pasar apalagi NTB merupakan sentra Produksi Bawang Putih.
“Sejumlah daerah memang sudah ada yang mengajukan usulan mendatangkan bawang putih impor. Namun kami tidak mengusulkan adanya bawang putih impor karena NTB merupakan sentra produksi bawang putih," kata Kepala Divisi Regional Bulog NTB, Ramlan UE, di Mataram, Minggu (11/5).
Dikatakan, sekalipun ada surat pemberitahuan dari pemerintah Kemendag pusat terkait pengajuan usulan pengadaan bawang putih impor yang harganya masih dianggap mahal. Namun Bulog Divre NTB belum mengusulkannya.
Perum Bulog Divisi Regional NTB lanjutnya, sejauh ini masih mendalami penyebab harga bawang putih impor yang justru relatif mahal, bahkan hampir sama dengan bawang putih lokal Sembalun sebesar Rp80.000 per kilogram.
Menyinggung pasokan bawang putih impor atas permintaan Pemerintah Provinsi NTB, Ramlan menilai kebijakan tersebut merupakan kewenangan pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan inflasi akibat relatif tingginya harga bawang putih.
“Namun itu, bukan dari kami yang mengusulkan,” ujarnya
Berbeda dengan kebijakan Pemprov NTB yang sebelumnya yang meminta kementerian perdagangan pusat mendatangkan 122 ton bawang putih impor masuk ke NTB.
Kepala Dinas Perdagangan NTB, Putu Selly Andayani, menyebutkan turunnya harga bawang putih impor karena adanya pasokan yang masuk ke Lombok sebanyak 72 ton.
“Pemprov NTB meminta Kementerian Perdagangan untuk menambah pasokan bawang putih impor sebanyak 50 ton untuk kebutuhan masyarakat di Pulau Sumbawa. Sebelumnya, harga bawang putih impor di Pulau Sumbawa masih relatif mahal, yakni Rp70.000 per kilogram. Karena itu kita minta pasokan lagi biar harga di Pulau Sumbawa sama dengan di Pulau Lombok," ujarnya.