Yaman, Gatra.com - Perang saudara yang terjadi di Yaman saat ini, antara dua pihak yang mengklaim diri sebagai pemerintahan Yaman yang sah, yakni kelompok Houthi dan Hudaydah masih menimbulkan pertanyaan. Sebab, salah satu kelompok tersebut setuju untuk meninggalkan pelabuhan utama di Yaman ditengah perang saudara.
Kelompok pemberontak Houthi, mulai menarik diri dari pelabuhan utama, sebagai langkah pertama sejak perjanjian gencatan senjata ditandatangani pada Desember. Baik pasukan Houthi dan pemerintah sepakat untuk menarik diri dari pelabuhan Hudaydah, untuk memberikan akses bagi bantuan kemanusiaan kepada masyarakat.
Dikutip dari BBC, pasukan Houthi meninggalkan lokasi dengan menggunakan truk. Pemindahan ini diperkirakan akan memakan waktu empat hari total. Namun pemerintah Yaman sementara, yaitu kelompok Hudaydah menuduh pemberontak melakukan tipu muslihat.
Juru bicara PBB Farhan Haq membenarkan bahwa penarikan telah dimulai. Proses tersebut telah diungkapkan utusan khusus PBB untuk Yaman sebagai 'langkah pertama'.
Namun, ketidakpercayaan masih ada di antara pihak yang bertikai. Al-Hasan Taher, seorang pejabat senior pro-pemerintah, menuduh para pemberontak mengganti diri mereka dengan anggota milisi Houthi lainnya, dengan mengenakan seragam penjaga pantai dan polisi.
"Ini merupakan upaya untuk melemahkan komunitas internasional," katanya, Minggu (12/5).
Houthi menyebut sepihak ini menunjukkan komitmen untuk mencapai perdamaian. Pasalnya, pelabuhan Hudaydah adalah jalur hidup utama bagi dua pertiga populasi Yaman.
Penutupannya telah berdampak buruk pada negara yang sekarang berada di ambang kelaparan. Penarikan Houthi menandai langkah besar pertama dalam mewujudkan perjanjian gencatan senjata itu.
PBB juga telah berulang kali mengimbau kedua belah pihak untuk memberikan akses ke gudang besar gandum di pelabuhan Hudaydah, yang mampu menampung makanan, memberi suplai makanan kepada 3,7 juta orang selama sebulan.
Selama ini setidaknya 6.800 warga sipil tewas dalam perang saudara empat tahun di Yaman. Sekitar 10.700 lainnya terluka dalam pertempuran itu, menurut PBB dan ribuan lainnya telah meninggal karena sebab yang sebenarnya dapat dicegah seperti kekurangan gizi, penyakit dan kesehatan yang buruk.