Semarang, Gatra.com - Derita warga Tambakrejo akibat penggusuran mengundang empati banyak kalangan. Bantuan terus mengalir untuk meringankan beban mereka. Penggalangan dana pun masih berlangsung sejak Jumat (10/5) hingga saat ini.
Terlihat sekelompok pemuda-pemudi di pinggir-pinggir jalan raya kota Semarang. Dengan memondong kardus mereka berharap kepedulian para pengendara untuk menyisihkan sedikit uang sebagai bentuk empati atas penderitaan warga Tambakrejo.
Para pemuda-pemudi tersebut berasal dari berbagai organisasi sosial dan mahasiswa. Mereka berpakaian rapi, lengkap dengan atribut diri yang menunjukkan kelompok mana mereka berasal.
Baca juga: Warga Tambakrejo yang Tergusur Bertahan di Puing-Puing Bangunan
Salah satu di antara mereka adalah Luqcyana Chaerunnisa (20). Mahasiswi UIN Walisongo itu bersama kawan-kawan Gusdurian Semarang menggalang dana di seputaran Tugu Muda. Dalam waktu satu jam di 9 titik berbeda, mereka memperoleh Rp 679 ribu.
"Kemarin sudah ada beberapa pakaian dan makanan yang didonasikan oleh teman teman kuliah. Ada juga yang memberikan uang. Lalu uang itu kami belikan popok bayi karena kemarin sempat kekurangan bahan popok," kata gadis berparas ayu yang kerap disapa Lucqy itu.
Lokasi penggalangan dana yang digagas Lucqy dan kawan-kawan berada di dua titik utama, yaitu di jalan sekitar Tugu Muda, dan di jalan kawasan flyover Kalibanteng. "Dana juga kami dapat dari teman-teman kelas pas kuliah, dan juga kami siap jemput ke kos atau rumah teman-teman yang kesulitan atau kurang ada waktu untuk menyerahkannya langsung pada kami," ucapnya.
Baca juga: Normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur, 97 Hunian Liar Dirubuhkan
Selain donatur pengendara di jalan-jalan raya dan donatur di lingkungan kampus, ada juga donatur yang berdonasi melalui transfer ATM, yang pada saat itu Lucqy dan kawan-kawan telah memperoleh uang sejumlah Rp150 ribu.
Sampai saat ini (11/5) malam, bantuan terus berdatangan dari berbagai kalangan ke tenda pertahanan warga Tambakrejo. Mulai dari bahan pokok terutama seperti pakaian dan makanan. Keperluan sekunder seperti alat-alat sekolah bagi anak-anak Tambakrejo juga tidak terlewatkan.
Dampak dari adanya penggusuran ini, 80 anak-anak Tambakrejo terpaksa membolos sekolah karena seragam dan sepatu mereka rusak. Bahkan, sebagian ada yang hilang.
"Selama masih ada seragam, anak-anak kami pasti akan tetap sekolah. Kemarin sampai ada yang nangis-nangis, pingin sekolah tapi nggak ada seragam, diantar sama orang tuanya karena takut berangkat ke sekolah nggak pakai seragam," ujar Rohmadi, Ketua RT 05 RW 16, Desa Tambakrejo.