Jakarta, Gatra.com - Produk Domestik Bruto (PDB) pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) tahun 2018 melampau target yang ditetapkan. Ini merupakan buah dari komitmen Jokowi-JK menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu prioritas utama.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri dalam keterangan pers, Sabtu (11/5), menyampaikan, keseriusan pemerintah dalam menjalankan program dan kebijakan pertanian terbukti mampu mendongkrak dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kalau dibandingkan dengan tahun 2017, maka PDB Sektor Pertanian pada 2018 tumbuh sebesar 3,7% dan mampu melebihi target yang ditetap sebesar 3,5%," kata Boga.
Dalam kurun waktu 2013-2018, PDB sektor pertanian secara konsisten menunjukkan tren positif berdasarkan harga konstan 2010 sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013 PDB Sektor Pertanian sebesar Rp847,8 triliun, dan terus meningkat masing-masing menjadi Rp880,4 triliun pada 2014, dan Rp906,8 triliun pada 2015.
"Pada 2016 dan 2017, PDB Sektor Pertanian kembali meningkat menjadi Rp936,4 triliun dan Rp969,8 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada 2018, di mana PDB Sektor Pertanian meningkat menjadi Rp1.005,4 trilun," ujar Boga.
Pada awal tahun 2019 ini atau Triwulan I, lanjut Boga, kinerja PDB Sektor Pertanian masih menunjukkan tren positif. Dibanding dengan Triwulan sebelumnya (Triwulan IV tahun 2018 atau Q to Q), PDB Sektor Pertanian tumbuh Rp40,4 triliun atau 19,67% (Rp245,7 triliun vs Rp205,3 triliun) dan bahkan tumbuh paling tinggi dibandingkan sektor lainnya.
Menurut Boga, demikian juga jika dibandingkan dengan Triluwan I tahun 2018 (y on y), PDB Sektor Pertanian pada awal tahun ini membaik dan tumbuh 1,15% (Rp 245,7 triliun vs Rp242,9 triliun).
Selain tumbuh positif, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional juga semakin penting dan strategis, hal ini terlihat dari kontribusinya yang semakin meningkat.
"Pada tahun 2014, Sektor Pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan) berkontribusi sekitar 13,14% terhadap ekonomi nasional dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 13,53%," ujar Boga.
Salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan PDB Pertanian Indonesia adalah meningkatnya ekspor. Pada kurun waktu yang sama, peningkatan ekspor diperkirakan mencapai 9-10 juta ton. Jika pada tahun 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada tahun 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton.
Dari sisi nilai, ekspor juga meningkat pesat. Nilai ekspor tahun 2018 mencapai Rp 499,3 triliun, atau meningkat 29,7% dibandingkan tahun 2015. "Total nilai ekspor yang dihimpun selama kurun waktu 2015-2018 adalah Rp1.764 triliun,” terang Boga.
Berdasarkan catatan BPS, Boga memaparkan, neraca perdagangan hasil pertanian Indonesia pada 2018 mengalami surplus senilai US$10miliar atau setara Rp139,6 triliun. Nilai ekspor sebesar US$29 miliar, sedangkan nilai impor hanya US$19miliar.
Sejak dipimpin Amran, Kementan telah menjalankan sejumlah terobosan agar ekspor pertanian semakin meningkat. Salah satunya, ekspor tidak lagi harus melewati negara transit, tapi langsung ke negara tujuan. Langkah ini diambil sehingga pemasukan negara lebih besar dan petani pun bisa langsung merasakan keuntungannya.
"Kementan meningkatkan diplomasi dengan sejumlah negara sehingga proses perizinan ekspor secara langsung bisa lebih dipermudah. Negosiasi menjadi tahapan penting karena kepentingan negeri ini harus bisa terpenuhi," kata Boga.
Salah satu bukti keberhasilan diplomasi adalah saat pemerintah China telah mengizinkan Indonesia untuk kembali mengekspor manggis. Sebelumnya, pemerintah China sempat mengeluarkan larangan manggis Indonesia untuk masuk negara mereka karena dianggap tidak memenuhi standar baku mutu.