New York, Gatra.com - Strategi Uber Technologies Inc memilih menawarkan harga terendah saat penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) agar harga sahamnya tidak jatuh ternyata tak cukup ampuh. Dalam debut perdagangan mereka, saham Uber merosot di bawah harga pembukaan.
Data Dealogic mencatat saham Uber turun 7,6% atau di angka US$41,57 per lembar saat penutupan. Padahal, Uber mematok harga perdana di US$45 per saham, mendekati batas bawah harga yang ditargetkan perusahaan yakni di kisaran US$44-50 per saham.
Hal ini memicu perdebatan di Wall Street mengenai manakah hasil dari listing perdana yang paling dinanti sejak Facebook Inc melantai di bursa saham, yang membebani unicorn Silicon Valley lainnya.
Dilansir dari Reuters, seharusnya Uber mempertimbangkan untuk go public setidaknya selama 4 tahun. Namun perusahaan yang sedang naik ini malah memilih seminggu, yang mengakibatkan IPO-nya terganggu oleh turbulensi pasar yang dipicu perang dagang AS-Cina. Apalagi, saham perusahaan kompetetitornya yang lebih kecil, Lyft Inc, juga anjlok dalam perdagangan saham perdana mereka sebagai perusahaan publik.
Sebelumnya, Uber menjadi startup terbesar di Silicon Valley yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun meningkatkan perputaran uang perusahaan. Banyak dari startup ini yang mempertimbangkan IPO tahun ini. Beberapa tidak beruntung, seperti Uber dan Lyft.
"Jika seorang investor modal ingin membakar uang tunai, mereka dapat melakukan itu selama yang mereka inginkannya. Tetapi begitu menjadi perusahaan terbuka, Anda harus menunjukkan potensi keuntungan atau bagian dari itu," ujar manajer investasi di Federated Kaufmann, Jordan Stuart.