Padang, Gatra.com - Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Irwan Prayitno menyebut, Sumatera Barat seharusnya tidak kekurangan ketersediaan bawang putih, karena jumlah produksi di wilayah setempat pertahunnya melebihi dari kebutuhan masyarakat.

"Sumbar memproduksi bawang putih sebanyak 6,8 ton per tahun, sementara kebutuhan masyarakat Sumbar hanya 5,5 ton per tahun. Seharusnya Sumbar tidak kekurangan ketersediaan bawang putih," ujar Irwan Prayitno saat operasi pasar bawang putih di Pasar Raya Padang, Jumat (10/05).

Dia menyebutkan, bawang putih produksi Sumbar kecendrungan kecil-kecil dan lebih banyak diimpor ke daerah lain, karena masyarakatnya (Sumbar) lebih suka dengan bawang putih yang ukurannya besar-besar seperti bawang putih impor China.

"Kebiasaan masyarakat Minang atau Sumbar itu masak dengan bawang putih yang ukurannya besar-besar, seperti bawang putih impor saat ini. Itu sebabnya Sumbar jadi kekurangan dan terjadi inflasi," sambungnya.

Dia mengajak petani yang ada di Sumatera Barat untuk lebih banyak membudidayakan bawang putih serta menanam bibit dengan varietas yang sudah ditentukan kementerian pertanian.

"Itu makanya kami ajak petani di Sumbar untuk nanam bawang putih yang varietas besar-besar. Di Kabupaten Solok sudah dimulai awal tahun ini. Kedepan diharapkan kebutuhan bawang putih di Sumbar bisa tercukupi," harapnya.

Kementerian Pertanian menggelar operasi pasar bawang putih di Kota Padang dan Payakumbuh, untuk menstabilkan harga di wilayah setempat.

Bawang putih impor dari China itu dijual dengan harga Rp490.000 per karung atau Rp25.000 per kilogram kepada distributor atau agen. Sementara harga jual tertinggi yang dijual ke masyarakat, pemerintah menetapkan harga tertinggi senilai Rp35.000 per kilogram.

Harga bawang putih di Pasar Raya Kota Padang beberapa hari terakhir menyentuh Rp54.000 per kilogram akibat langkanya ketersediaan bawang putih di Sumatera Barat. Bahkan Bawang putih menjadi pemicu inflasi di wilayah setempat.