Jakarta, Gatra.com – Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Arlinda mengungkapkan bahwa kontribusi produk kerajinan terhadap nilai ekspor Indonesia pada tahun 2018 masih rendah.
“Produk ekspor kerajinan menghasilkan US$ 890 juta, coba di-compare (dibandingkan) dengan total ekspor non migas sebesar US$ 162 miliar, itu hanya setengah persen kontribusi keseluruhan,” ungkapnya.
Hal ini disampaikan Arlinda dalam sambutannya pada “Penandatanganan Kerja Sama Antara Kemendag dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN)” di Auditorium Kemdendag pada Kamis (9/5).
Arlinda mengatakan bahwa pihaknya mendorong produk-produk kerajinan tangan melalui Dekranas. Salah satunya melalui klinik konsultasi desain yang diadakan oleh Indonesia Design Development Center (IDDC) yang berada di bawah naungan Kemendag.
Ia berpendapat bahwa sentuhan desain mampu memberikan nilai tambah pada sebuah produk ekspor. “Kalau ada sentuhan desain harganya lebih mahal. Sementara, kalau tidak ada sentuhan desain harganya biasa saja,” ujarnya.
Kemudian, Arlinda mencontohkan produk yang nilai tambahnya meningkat setelah diberi sentuhan desain, seperti kursi. “Tetapi begitu ada sentuhan desainer IDDC, nilainya satu kursi harganya sekitar 1350 euro,” ungkapnya.
Arlinda mengakui 5 tujuan pasar utama ekspor Indonesia pada tahun 2018 adalah Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura. Namun, pihaknya juga sedang mengembangkan pasar lain ekspor kerajinan tangan seperti Asia Selatan dan Timur Tengah.
“Kita tetap melakukan promosi (produk-produk kerajinan tangan). Tidak hanya pameran, tapi juga misi dagang,” jelasnya. Ia mencontohkan pameran-pameran internasional yang menjadi sasaran adalah China International Import Expo (Shanghai, Tiongkok), China-Asean Expo (Nanning, Tiongkok), dan Trade Expo Indonesia (Tangerang, Banten).
Menurut Wakil Rektor Bidang Hubungan dan Kerjasama UMN, Prof. Dr. Muliawati G Siswanto bahwa branding sangat penting untuk meningkatkan nilai tambah produk kerajinan tangan usaha kecil menengah (UKM). “Kalau kita mengemas lebih bagus, produk-produk kita lebih dikenal,” ujarnya.