Brussels, Gatra.com - Twitter membuat kemajuan dalam menangani konten terorisme online di platformnya dengan melakukan penangguhan lebih dari 166.000 akun pada paruh kedua 2018. Menurut perusahaan media sosial ini, jumlah tersebut sekitar seperlima lebih sedikit dari pada periode sebelumnya.
Bersama dengan Facebook dan Google, Twitter berada di bawah tekanan dari regulator dan pemerintah di seluruh dunia untuk menghapus lebih cepat konten ekstremis dan terorisme atau harus menghadapi undang-undang pemerintahan yang lebih berat.
Twitter menangguhkan 166.153 akun yang mempromosikan terorisme antara Juli dan Desember lalu. Angka ini turun 19% dari 205.156 akun yang ditangguhkan dalam enam bulan sebelumnya.
"Penurunan tajam ini merupakan indikasi tren lebih besar yang sekarang kita amati. Dari tahun ke tahun jumlah organisasi teroris yang mencoba menggunakan layanan kami berkurang," ujar wakil presiden Twitter untuk kebijakan publik Sinead McSweeney, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Reuters, Kamis (9/5).
Dengan mengumumkan laporan transparansi terakhirnya, Twitter mengatakan sebanyak 91% akun yang mempromosikan konten terorisme ditangguhkan secara proaktif oleh teknologi internal, yang sebagian besar terjadi sebelum tweet pertama mereka karena data yang digunakan untuk mengaturnya dinaikkan menjadi merah bendera.
“Ini dapat dikaitkan dengan pendekatan teknis yang kuat yang telah kami tingkatkan selama bertahun-tahun. Kami didorong oleh metrik ini tetapi akan tetap waspada,” tutupnya.