Banjarnegara, Gatra.com – Siswa SMK HKTI 2 Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara, memproduksi film fiksi yang skenarionya berdasar kisah nyata berjudul Buru . Film ini bercerita tentang kehidupan seorang pemuda yang ditangkap karena menjadi anggota Pemuda Rakyat (PR), dan dibuang ke Pulau Buru, hingga seusai pembuangan.
Pendamping pembuatan film, Bowo Leksono, mengatakan bahwa film Buru berkisah tentang tokoh utama bernama Kodri, pemuda yang taat beribadah dan rajin mengaji di kampungnya. Karena ajakan seorang teman, ia bergabung dalam organisasi Pemuda Rakyat (PR). Tanpa dinyana, PR membuatnya ditangkap dan dibuang ke Pulau Buru pada 1966 hingga 1979.
“Ini adalah cerita nyata yang unik untuk dikemas, difiksikan, tentang bagaimana kondisi saat itu,” katanya, Kamis (9/5).
Menurut Bowo, setelah melewati masa pembuangan, Kodri kembali ke kampungnya. Ia masih wajib lapor sepekan dua kali ke koramil. Setelah bebas dan pulang dari Pulau Buru pun dia masih diawasi, dicurigai, bahkan disepelekan oleh aparat dan sejumlah tetangganya. Kodri yang juga tetap rajin mengaji, saat mengajar mengaji anak-anak di musala selalu diawasi tentara.
“Tokoh utama ini yang mengalami pergolakan. Ia ditangkap hanya karena menjadi anggota Pemuda Rakyat, yang saat itu beraifiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Ia ditangkap tanpa tahu kesalahannya,” kata Bowo, yang juga Direktur CLC Purbalingga. Film ini berupaya menggambarkan situasi saat itu yang benar-benar diluar dugaan, dengan mengungkap sisi kemanusiaan tokoh utama .
Menurut dia, pesan moral yang ingin disampaikan dalam film ini adalah bahwa tidak setiap orang yang dihukum gara-gara dituduh terlibat peristiwa 1965 adalah orang yang bersalah. Contohnya tokoh Kodri. “Tidak setiap orang yang dituduh komunis itu jahat, dan benar-benar terlibat,” ujarnya.
Sutradara Film Buru, Supangat mengatakan, untuk pembuatan film tersebut, ia harus memperkaya literasi dan referensi tentang sejarah Indonesia tahun 1965. Ia dan teman-temannya juga mencari dan menonton beberapa film pendek bertema 1965 yang jumlahnya sedikit.
Saat ini film tersebut memasuki tahap pascaproduksi. Pengambilan gambar selesai pada akhir April 2019. Film yang direncanakan berdurasi 15 menit ini dipersiapkan untuk diikutsertakan dalam program Kompetisi Pelajar se-Banyumas Raya, Festival Film Purbalingga (FFP) 2019 pada 6 Juli – 3 Agustus 2019.