Jakarta, Gatra.com - Bulan lalu film dokumenter berjudul "Sexy Killers" menjadi menjadi perbincangan panas yang mewarnai pelaksanaan pemilu presiden (Pilpres) 2019. Film ini mengisahkan keberadaan perusahaan batu bara yang merugikan masyarakat.
Yang membuat heboh, dokumenter ini mengungkap nama-nama figur penting dalam dunia politik Indonesia yang menjadi pemilik perusahaan bermasalah itu. Salah satu nama yang cukup nyaring disebut adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan. Ia dipojokkan karena kepemilikannya atas perusahaan batu bara, Toba Bara Sejahtera.
Luhut membantah fakta yang dibeberkan film itu soal kepemilikan perusahaan tersebut. Ia berdalih Toba Bara Sejahtera merupakan perusahaan terbuka yang sahamnya dimilik publik.
"Saya terus terang enggak ada urusan dengan Sexy Killers. Saya cuma ada satu perusahaan yang ikut energi, yaitu Kutai Energi. Itu saya memang punya 99% (saham). Toba Bara Sejahtera itu public company," jelasnya saat acara Afternoon Tea With Menko Luhut di Gedung Menko Maritim Jakarta, (08/5).
"Dan kalau menjadi public company kan sudah melalui proses panjang itu mengenai lingkungan lah, pajak lah, mengenai segala macam. Jadi memang terlalu banyak kita ini ribut dengan berita-berita enggak jelas. Dibilang saya (punya) 140 ribu hektar tanah. Ya kalau ada 140 ribu, kau bagi-bagi saja lah ya, itu saja dari saya," tambahnya.
Ia mengakui sempat menjadi pemilik saham mayoritas Toba Bara Sejahtera secara majority. Namun, hal tersebut merupakan kondisi sekitar 4 tahun yang lalu. Saat ini, Luhut mengaku tak memiliki saham disana.
"Dulu memang saya ada majority. Tapi 3,5-4 tahun lalu, sudah saya jual. Saya enggak punya lagi saham di sana. Jadi kalau bilang aneh-aneh engga lah," katanya.
Mengenai perusahaan Batu Bara yang dimilikinya yakni Kutai Energi, Luhut sebut tidak ada pelanggaran perusakan lingkungan seperti yang ada dalam film Sexy Killers.
"Kutai Energi pun saya baru dapat laporan terima penghargaan lagi mengenai lingkungan dan mengenai pembayaran pajak beberapa waktu yang lalu, dan CSR mereka pada pendidikan di daerah itu tadi saya baru lihat," jelasnya.