Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan) mengadakan kegiatan 'Simposium Ancaman Perang Mindset Pada Era keterbukaan Informasi'. Simposium digabungkan menanggapi situasi Indonesia dengan jumlah simpang siur informasi dan tingkat nasional yang sedang rawan.

Acara ini dibuka oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu dengan menjelaskan kasus-kasus terorisme memulai ini.

"Baru-baru ini kita saksikan kebiadaban terorisme, termasuk bom bunuh diri di indonesia: Sibolga, Jawa Timur, dan juga di internasional ada Sri Lanka," kata Ryamizard kompilasi yang diterima di Gedung AH Nasution Kemhan, Jakarta, Rabu (8/5) .

Lebih lanjut, Purnawirawan TNI ini menjelaskan bahwa yang mau menjadi teroris adalah orang-orang yang rusak pola pikirannya. Ia melihat beberapa kasus terorisme belakangan ini dan beberapa aksi kelompok-kelompok radikal di Indonesia.

"Ini sudah rusak mindset-nya. Seorang ibu nikah itu dia cita-nya pasti pengen punya anak, sekarang ini sudah drubah mindset-nya [menjadi teroris]," ujarnya.

Menhan menjelaskan adanya pemilihan umum (pemilu) dan simpang siur informasi membuat terbentuknta mindset itu. "Itu menimbulkan mindset itu. Saya juga prihatin," ungkapnya.

Menhan menjelaskan bahwa masyarakat dan TNI harus jadi pemersatu. Menurutnya simposium hari ini sangat penting untuk memberikan pemahaman yang sebenarnya tentang pola pikir dan ideologi bangsa.

"Pancasila merupakan kompromi yang sudah final antara kolompok islam, kelompok nasionalis, dan kelompak kebangsaan tentang ideologi pemersatu yaitu Pancasila. Dengan kompromi ini seluruh dari Sabang sampai Merauke," katanya.