Home Teknologi Dipercaya Lembaga Internasional, ITS Kembangkan Prototipe Mesin Braille

Dipercaya Lembaga Internasional, ITS Kembangkan Prototipe Mesin Braille

Surabaya, Gatra.com – Berkat bantuan dari Motorolla Solutions Foundation (MSF), Fakultas Teknologi Elektro (FTE) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bisa melaksanakan pelatihan menggunakan komputer untuk menulis dan mengkonversikan tulisan latin ke dalam huruf braille bagi anak-anak penyandang tunanetra.

Untuk mendapatkan pendanaan dari MSF melalui perjuangan yang tidak mudah. Harus melalui proses seleksi yang cukup panjang dan rumit. MSF adalah lembaga sosial yang didirikan oleh Motorolla Solutions dan bermarkas di Amerika Serikat (AS).

Dekan FTE ITS Dr Tri Arief Sardjono menjelaskan, dirinya bersama tim riset mesin cetak braille ITS dalam membantu para penyandang tunanetra tidak patah semangat. Setelah melewati tim reviewer dari Motorolla yang berasal dari salah satu Non-Government Organization (NGO) di AS.

Hasilnya dari Indonesia hanya ada dua yang berhasil mendapatkan pendanaan dari MSF. Yakni ITS dan Yayasan Pintar Pemersatu Bangsa. “Bila ITS soal pelatihan mesin cetak braille, Yayasan Pintar Pemersatu Bangsa ini merancang program pelatihan untuk mitigasi bencana banjir di Jakarta,” kata Tri Arief di sela pelatihan, di Gedung Departemen Teknik Elektro ITS Surabaya, Selasa (7/5/2019).

Pelatihan yang akan berlangsung selama empat hari ini diikuti 15 siswa-siswi tunanetra dari dua Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surabaya yaitu SLB Tipe A Yayasan Pendidikan Anak Buta (SLB A YPAB) yang berada di Jalan Tegalsari, Surabaya dan SLB A YPAB yang berada di Jalan Gebang Putih, Surabaya.

Bukan hanya itu, lanjut Tri, setelah melewati seleksi dan review berkas dari NGO dari MSF tersebut, ITS juga berhak mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan pendanaan dari lembaga sosial lainnya di seluruh Amerika Serikat. Padahal untuk bisa mendapatkan hak tersebut harus melalui seleksi yang sangat ketat.

“Ini salah satu langkah ITS untuk bergerak dalam bidang sosial di skala internasional, karena kita (ITS, red) tahu dalam proyek skala besar seperti pengembangan mesin cetak braille ini tak bisa hanya mengandalkan dari pendanaan lokal saja,” ujarnya.

Tri sebagai salah satu anggota Tim Riset Braille ITS menjelaskan, program ini merupakan komitmen yang dibangun ITS dalam men-support anak-anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra. ITS sudah mengembangkan printer braille ini sejak tahun 2012 dengan mengembangkan mesin cetak braille dari Norwegia. Hingga kini ITS sudah bisa memproduksi secara utuh prototipe mesin printer braille sendiri dengan kapasitas cetak 400 karakter per detik.

Diakui Tri, salah satu kendala dalam pembuatan prototipe mesin cetak braille adalah pada harga komponen mesin yang tidak bisa dibilang murah. Dalam membuat satu prototipe mesin cetak braille dapat menghabiskan dana sebesar kurang lebih Rp 500 juta.

Dari lima prototipe mesin cetak braille yang sudah berhasil dibuat ITS, tiga di antaranya sudah diberikan ke SLB yang ada di Ambon, Jayapura dan Pangkal Pinang. Pendanaannya berasal dari program Direktorat Pelayanan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemendikbud sejak tahun 2012.

“Saat ini kami (ITS, red) memiliki dua printer braille yang berada di Laboratorium Departemen Teknik Elektro ITS, nantinya dua mesin ini dapat dimanfaatkan secara penuh oleh siswa-siswi ini dalam mencetak karyanya maupun mencetak dokumen-dokumen pribadi mereka seperti kartu nama, rekening bank dan lain-lain,” ungkap Tri.

Tri juga mengungkapkan dari hasil charity yang didapatkan ITS dari Motorolla sebesar USD 20 ribu nantinya juga untuk menghasilkan satu prototipe mesin braille yang nantinya akan bisa menambah fasilitas bagi anak-anak penyandang tunanetra tersebut.

 

Reporter: Abdul Hady JM

Editor: Bernadetta Febriana