Jakarta, Gatra.com - Ketua Asosiasi Hortikultura Indonesia, Anton Muslim Arbi menekankan pentingnya peningkatan daya saing bawang putih untuk menghadapi target swasembada pada tahun 2021. Tujuannya agar bawang putih lokal dapat bersaing dengan bawang putih impor.
Anton mengungkapkan tiga upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing bawang putih. Pertama, pemerintah harus komit terhadap instrumen yang sudah dikeluarkan, misalnya wajib tanam importir. Kedua, menggerakkan kelompok tani agar mau menanam bawang putih. Ketiga, meningkatkan kualitas agar dapat bersaing dengan bawang putih impor.
Dalam kesempatan lain, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pihaknya sudah memasukkan 56 importir nakal dalam daftar hitam setelah terbukti mempermainkan harga dan melanggar ketentuan wajib tanam. “Kalau melanggar, komitmen saya cabut juga,” ujarnya.
Kemudian, Anton mengapresiasi langkah pemerintah dalam memberi stimulus berupa penyediaan bibit dan kewajiban tanam importir yang melibatkan petani. “Kita tak mungkin mendapat pasokan kalau petani tidak digerakkan,” kata ketika dihubungi Gatra.com pada Senin (6/5).
Ia menekankan peningkatan kualitas yang perlu dilakukan adalah rekayasa genetika agar ukuran bawang putih lokal sama dengan bawang putih impor dari Tiongkok. “Secara psikologis, konsumen kita ingin yang besar. Ibu-ibu pengguna langsung cenderung ke sana [bawang putih impor],” ungkapnya.
Secara internal, Asosiasi Hortikultura menggerakkan anggotanya untuk menanam bawang putih. “Ada yang dari Sumatera, Jawa Barat, Lombok, dan Sulawesi Utara. Di mana kita bisa saling sharing [berbagi] teknik dan pengetahuan,” ujar Anton.
Anton mengaku pihaknya siap untuk memasok bawang putih untuk kebutuhan dalam negeri. “Sedapat mungkin impor dikurangi. Namun, impor kita masih hampir 100%. Sampai tahap swasembada, impor distop,” katanya.
“Kita enggak mau petani diiming-imingi jual bibit, tapi pasar dikuasai impor. Maunya kita dorong bawang putih kita masuk pasar, jangan cuma jualan bibit,” ungkapnya.