Jakarta, Gatra.com – Ketua Asosiasi Hortikultura, Anton Muslim Arbi berpendapat bahwa impor bawang putih masih diperlukan karena produksi domestik masih belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Di lain kesempatan, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi menjelaskan bahwa pihaknya menargetkan swasembada bawang putih pada tahun 2021 dengan luas lahan sebesar 90.000-100.000 hektar.
“Panen (bawang putih) jadi benih lagi supaya kalau ditanam lagi lebih luas. Diproses jadi benih ditanam lagi bisa tiga kali lipat,” ujar Suwandi. Setelah swasembada, produksi bawang putih dalam negeri akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Anton mengungkapkan bahwa hambatan dalam produksi bawang putih adalah ketersediaan bibit. “Sebelumnya bibit kan didatangkan dari Vietnam, sekarang baru mulai produksi dalam negeri,” ujarnya. Sebanyak 96% bawang putih, lanjutnya, dipenuhi dari impor.
Pernyataan Anton merujuk pada program pengembangan benih bawang putih oleh Kementan yang baru dimulai dua tahun terakhir. “Kan baru dua tahun rencana swasembada bawang putih,” jelas Anton.
Selain itu, Anton juga menekankan mengenai pentingnya mendorong petani untuk menanam bawang putih. “Kita tak mungkin mendapat pasokan kalau petani tidak digerakan,” tegasnya.
Ia mengapresiasi langkah pemerintah untuk memberi stimulus bagi petani untuk menanam bawang. “Pertama, para petani mendapat bibit dari dinas pertanian di berbagai daerah. Kedua, adanya pola kerjasama antara petani dan importir,” ungkap Arbi.
Pola kerjasama tersebut terkait dengan kewajiban importir menanam bawang sebanyak 25% dari volume impor. “Secara otomatis petani dan importir bagi hasil dengan komposisi 70:30, 70% untuk petani dan 30% importir,” ujarnya.
Ia mendapatkan informasi dari Kementan bahwa penanaman sudah dilakukan di 112 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. “Saya datangi langsung (proses penanaman) di Jawa Tengah, Temanggung dan Magelang,” ungkapnya. Ia mengaku juga mendapatkan laporan penanaman bawang putih di Banyuwangi, Cianjur, dan beberapa tempat di Sumatera.
Di sisi lain, Menteri Pertanian Amran Sulaiman akan memasukkan importir nakal ke dalam daftar hitam bagi yang mempermainkan harga dan melanggar kewajiban tanam bawang putih. “Kalau melanggar, komitmen saya cabut,” tegasnya.
Anton berharap pemerintah memberi kepastian kepada petani agar dapat menjual pasokannya ke pasar. Hal ini disebabkan bawang putih impor berukuran lebih besar, meskipun mutu aroma dan teksturnya tidak sebaik bawang putih domestik. “Kita nggak mau petani diming-imingi jual bibit, tapi pasar dikuasai (bawang putih) impor,” tegasnya.