New York, Gatra.com - Pengusaha salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia, Franky Widjaja, memperingatkan Uni Eropa soal rencana pembatasan penggunaan minyak tropis untuk biofuel. Menurutnya, rencana tersebut akan mengalami hambatan dan berdampak bagi petani sawit dan membahayakan pasokan minyak sayur di masa mendatang.
Franky menambahkan, pembatasan Uni Eropa tentang penggunaan bahan bakar nabati tidak bertanggung jawab dan mengancam penghasilan bagi 17 juta orang di Indonesia. Franky bahkan menuturkan bila Uni Eropa akan mendapatkan karmanya bila tetap menjalankan rencana tersebut.
"Saya percaya dengan adanya karma dan saya meyakini bila mereka akan mendapatkan karmanya," ujar Franky dilansir laman Bloomberg, Senin (6/5).
Sementara pihak Uni Eropa mengatakan minyak sawit mengarah pada deforestasi dan perubahan iklim. Sedangkan sejumlah negara penghasil sawit menyatakan klaim itu menyesatkan dan merugikan negara-negara yang bergantung pada industri. Ekspor sawit Indonesia sejumlah US$17,8 miliar tahun lalu dan industri berkontribusi sekitar 3,5% terhadap produk domestik bruto.
Produsen kelapa sawit untuk minyak goreng dan berbagai produk lainnya mulai dari permen, kosmetik hingga biofuel, merasa terpukul oleh penurunan harga serta meningkatnya biaya tenaga kerja. Futures patokan di Kuala Lumpur telah turun sekitar 6% tahun ini, memperpanjang penurunan lebih dari 30% dalam dua tahun terakhir. Golden Agri melaporkan kerugian bersih US$1,77 juta untuk 2018, dibandingkan dengan laba US$74 juta setahun sebelumnya.
"Minyak yang paling efisien untuk diproduksi di dunia adalah kelapa sawit. Jadi mengapa harus mengecualikan minyak kelapa sawit dan menanam lebih banyak kedelai dan diproduksi demi mendapatkan sedikit minyak?" ujar Widjaja, pengusaha yang mengelola lebih dari 498.000 hektare perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara.
Franky menuturkan, harus ada kompromi yang dilakukan oleh berbagai pihak agar tidak menimbulkan kerugian di salah satu pihak. "Kita harus duduk bersama dan saling mendengarkan untuk menyelesaikan masalah sengketa ini," ujar Franky.