Singapura, Gatra.com - Setelah Presiden Amerika Serikat Donald John Trump mengatakan akan menaikkan tarif barang-barang Cina dengan tajam, harga minyak langsung anjlok lebih dari 2%. Penurunan ini berisiko mengganggu pembicaraan perdagangan berbulan-bulan antara dua pelaku ekonomi terbesar dunia.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di $60,44 per barel pada pukul 00.32 GMT pada Senin (6/5), dan turun $1,50 per barel atau 2,4% dari penyelesaian terakhir. Minyak mentah Brent berada di $69,34 per barel, dan turun $1,51 per barel atau 2,1% dari penutupan buku terakhir.
Pernyataan Trump dilontarkan melalui Twitter. Ia mencuit bahwa akan secara drastis menaikkan tarif untuk barang-barang Cina, menarik turun pasar keuangan global, termasuk minyak mentah berjangka.
Akibat cuitan tersebut, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Beijing sedang mempertimbangkan untuk membatalkan semua pembicaraan perdagangan dengan Washington.
"Trump telah melemparkan palu godam dengan mengancam akan menaikan tarif 25% pada $525 miliar barang-barang dari Cina Jumat ini," kata analis pasar senior di pialang berjangka OANDA Jeffrey Halley di Singapura, Senin (6/5).
Dalam industri minyak, ada tanda-tanda kenaikan lebih lanjut dalam output dari Amerika Serikat, di mana produksi minyak mentah telah melonjak lebih dari 2 juta barel per hari (bph) sejak awal 2018, ke rekor 12,3 juta bph. Itu telah membuat Amerika Serikat sebagai produsen terbesar di dunia, membawahi Rusia dan Arab Saudi.
Menurut data dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes, jumlah rig pengeboran untuk gas di Amerika Serikat turun 3 ke 183, dalam jangka waktu hingga 3 Mei, sementara rig pengeboran yang diarahkan minyak naik 2 hingga 807.