Home Internasional Joe Biden Klaim Jadi Penantang Terkuat Trump di 2020

Joe Biden Klaim Jadi Penantang Terkuat Trump di 2020

Pittsburgh, Gatra.com - Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden resmi menjadi salah satu kandidat dari partai Demokrat, yang akan maju dalam pemilihan Presiden AS tahun 2020. 

Debutnya menjadi kandidat sendiri mendapat sambutan yang sangat signifikan, dimana Biden memimpin dalam polling nasional, bahkan sampai membukukan total penggalangan dana tertinggi dalam satu hari. 

Hasil tersebut sekaligus memamerkan kemampuannya untuk menjadi penantang terkuat Presiden Donald Trump.

Dukungan kuat dari debutnya yang mengejutkan tersebut memicu alarm peringatan untuk para kandidat lain dari Partai Demokrat. Sinyal kuat dalam debut Biden membuat Senator Bernie Sanders, Senator Elizabeth Waren, dan Senator Kamala D. Harris sebagai rival untuk kembali membuat strategi baru untuk pertempuran ditahap berikutnya.

Washington Post melansir bahwa Biden memperoleh manfaat dari beragamnya calon yang diajukan Partai Demokrat pada untuk tahun 2020 nanti. Hal tersebut merangsang partisipasi diseluruh tubuh partai dan publik, yang dapat diukur dari kerumunan massa di acara-acara mereka dan sumbangan mengalir ke kampanye mereka.

Namun, Biden harus berhati-hati karena beberapa rivalnya juga sudah mulai meramaikan stategi mereka. Sanders misalnya, telah membuktikan bahwa ia masih memiliki pengikut setia dari pemilihan tahun 2016 lalu dan masih akan memperluas basisnya. 

Sedangkan Kamala D. Harris mampu mengumpulkan 20.000 orang untuk hadir dalam peluncuran dirinya sebgai kandidat.

Namun, beberapa kalangan masih mempertanyakan kemampuan Joe Biden untuk menjaga momentumnya. Karena pada jajak pendapat di beberapa bagian negara menunjukan dirinya berada dalam posisi lebih lemah dibandingkan dengan hasil polling nasional.

Terlebih dalam acara debutnya tersebut, justru memperlihatkan kelemahan Biden di bidang pidatonya yang dinilai tidak lugas dan bertele-tele, serta menunjukan keterbatasan akses kepada publik, dimana Biden tidak menerima pertanyaan dari para voters. 

Hal ini dinilai bisa menjadi bumerang bagi Biden dimana pemilih lebih mengambil preferensi pilihan dari segi keterbukaan akses dan kedekatan kepada sosok yang akan dipilih.

“Orang-orang mengenalnya dan umumnya sudah ada tingkat keamanan dari pemilih kepada dirinya. Tapi, saya melihat ini belum menjadi kemenangan mutlak untuk Biden, karena masih banyak pemilih yang menaruh minat kepada tokoh-tokoh baru,” ungkap Rob Hogg, Senator Iowa.

347