Baghlan, Gatra.com- Pejuang Taliban menyerbu markas polisi di provinsi utara Baghlan, Afghanistan, Minggu, sehingga menewaskan sedikitnya 13 polisi dengan lebih dari 50 orang terluka, termasuk 20 warga sipil, kata kementerian dalam negeri.
Serangan itu dimulai ketika sejumlah pejuang Taliban meledakan dirinya dengan cara mengendarai Humvee, sebuah kendaraan lapis baja yang berisikan bahan peledak.
Dilansir dari BBC.com, setelah ledakan terjadi, delapan pria bersenjata bergegas masuk ke dalam markas dan menembaki pusat pelayanan keamanan Afganistan hingga memicu terjadinya pertempuran yang berlangsung selama enam jam.
“Tiga belas polisi tewas dan 35 lainnya cedera," kata Nasrat Rahimi, juru bicara Kementerian Dalam Negeri kepada Aljazeera.com.
Rahimi juga mengatakan, serangan yang terjadi di markas polisi Baghlan juga menewaskan sembilan orang penyerang termasuk pembom bunuh diri.
Sebelumnya, Zalmay Khalilzad seorang diplomat AS dan Perwakilan Khusus untuk Perdamaian Afganistan di Luar Negeri yang memimpin perundingan putaran keenam di Doha, sempat mengungkap lewat tweet-nya kepada Taliban, “Rakyat Afghanistan merupakan saudara dan saudari mereka yang menginginkan peperangan ini berakhir,”kata Khalilzad.
“Sudah waktunya untuk meletakkan senjata, menghentikan kekerasan dan merangkul perdamaian,".
Taliban pun merespons, “lupakan gagasan yang menginginkan kami untuk meletakkan senjata,”.
Taliban menyebut dalam tweet-nya, bahwa gagasan itu merupakan fantasi belaka.
Sebelumnya, pada Jumat, Majelis Besar Afghanistan atau yang dikenal dengan Loya Jirga juga meminta Taliban melakukan gencatan senjata "segera dan permanen" disertai dengan janji yang diberikan Presiden Ashraf Ghani, untuk membebaskan 175 tahanan Taliban. Namun Taliban menolaknya.
Taliban juga menolak undangan Loya Jirga yang dihadiri oleh 3.200 pemimpin agama, politisi dan perwakilan dari seluruh negeri.
Semenjak digulingkan oleh AS pada 11 September 2001, penyerangan Taliban semakin sengit yang berimbas kepada pengendalian di lebih banyak wilayah Afghanistan daripada sebelumnya.
Taliban meningkatkan serangan terhadap instalasi keamanan untuk menurunkan moral polisi dan pasukan Afghanistan. Taliban juga berusaha untuk mengembalikan kekuasaan Islam yang ketat, menolak untuk berbicara dengan pemerintah Afghanistan yang dianggapnya sebagai "boneka AS".
Demi menuntaskan penyerangan ini, Afghanistan juga dibantu oleh kiranya 1400 tentara AS yang berada di bawah pimpinan NATO untuk melatih dan membantu pasukan keamanan Afghanistan dalam pertempuran mereka melawan Taliban dan kelompok-kelompok lainnya.