Seoul, Gatra.com - Korea Utara melakukan latihan dan pengujian beberapa peluncur roket jarak jauh dan berpemandu taktis ke Laut Timur sebagai latihan militer, yang diawasi pemimpin Kim Jong Un pada Sabtu (4/5).
Kantor Berita Pusat Korea, pelatihan itu untuk menguji kinerja peluncur roket berkaliber besar dan senjata berpemandu taktis oleh unit-unit pertahanan.
Pakar militer di Institut Studi Timur Jauh (IFE) Universitas Kyungnam Korea, Kim Dong-yub, mengungkap adanya foto-foto kegiatan yang dirilis oleh KCNA, menunjukkan senjata-senjata berpemandu taktis ditembakkan, berupa rudal balistik jarak dekat.
Meski sebenarnya peluncuran rudal seperti itu melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB. Namun Korut tidak akan melibatkan rudal balistik jarak jauh yang dianggap sebagai ancaman bagi Amerika Serikat.
“Apa yang membuat saya sadar adalah bahwa tanpa diduga, ada foto rudal balistik jarak dekat, yang dikenal sebagai Iskander versi Utara,” kata Kim IFE, dikutip dari Reuters, Minggu (5/5).
Rudal balistik bahan bakar padat yang baru, dapat terbang sejauh 500 kilometer (311 mil) dan dapat ditempatkan di seluruh Semenanjung Korea dan mampu menyeimbangkan sistem pertahanan anti-rudal canggih AS (THAAD) yang dikerahkan di Korea Selatan,
Kementerian Pertahanan Korea Selatan menempatkan jangkauan senjata yang ditembakkan dari kota pantai timur Wonsan sekitar jam 9 pagi waktu setempat pada hari Sabtu, di antara 70 hingga 240 km (44 hingga 149 mil).
Ketika memberikan perintah melakukan tes penembakan, pemimpin Korea Utara Kim menekankan perlunya meningkatkan kemampuan tempur untuk mempertahankan kedaulatan politik dan ekonomi Korea Utara dalam menghadapi ancaman dan invasi.
Pernyataan itu dikeluarkan sehari setelah uji coba penembakan, yang oleh para analis sebagai upaya menekan Washington agar memberikan dasar dalam negosiasi untuk mengakhiri program nuklir Korut setelah pertemuan puncak pada Februari yang berakhir dengan kegagalan.
Korea Utara telah mempertahankan pembekuan dalam pengujian rudal nuklir dan balistik sejak tahun 2017, yang berkali-kali dikatakan oleh Presiden AS Donald Trump sebagai pencapaian penting dari keterlibatannya dengan Pyongyang.