Bangkok, Gatra.com – Warga Thailand memadati jalanan Kota Bangkok di bawah terik matahari untuk meramaikan rangkaian acara penobatan Raja Maha Vajiralongkorn sebagai Rama X yang telah dimulai sejak Sabtu (4/5). Teriknya matahari dan suhu tinggi (37oC) menyebabkan banyaknya pengunjung yang memakai payung untuk melindungi dirinya.
Massa berpakaian kuning yang berasosiasi kepada raja yang dianggap setengah dewa berkumpul dalam rute sepanjang 7 km dari Istana Kerajaan ke tiga kuil kerajaan, tempat di mana raja akan muncul pertama kalinya sejak penobatan untuk menyembah Buddha di ketiga kuil tersebut.
Pemerintah Thailand telah menghabiskan dana 1 miliar Baht (US$31,35 juta) untuk upacara penobatan selama akhir pekan yang diklaim dipadati sebanyak 200.000 orang. Selain itu, pemerintah menyiapkan bus gratis dari luar Bangkok untuk warga yang ingin melihat acara penobatan.
“Saya ingin melihat penobatan sekali seumur hidup ini karena yang terkakhir terjadi ketika usia saya masih sangat muda,” ujar Samran Moryaidee, 77 tahun kepada Reuters, Ahad (5/5).
Penobatan Raja Vajiralongkorn, 66 tahun, dilakukan mulai Sabtu hingga Senin esok setelah masa berkabung wafatnya mendiang Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX) pada Oktober 2016 yang telah berkuasa selama 20 tahun.
Pada Ahad pagi raja memberikan gelar dan jabatan baru kepada anggota keluarga kerajaan. Namun, tidak tampak kehadiran Putri Ubolratana, 68 tahun, yang merupakan kakak dari raja. Pada Februari, ia keluar dari tradisi kerajaan dengan memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri. Sebelumnya, ia telah melepas gelar kebangsawanannya setelah menikah dengan teman kuliahnya yang berkewarganegaraan Amerika Serikat.
Dalam prosesi kerajaan, raja diarak ke jalanan dengan tandu yang dibawa oleh 16 pengawal. Para pengawal berjalan dengan kecepatan 75 langkah per menit dan berhenti setiap 500 meter untuk pergantian personel. Sebanyak 1.300 personel terlibat dalam prosesi tersebut.
Pemerintah junta militer mengimbau masyarakat untuk mengenakan pakaian kuning sebagai lambang kesetiaan terhadap monarki, namun baru beberapa hari terakhir terlihat kerumunan massa di Bangkok dalam skala besar. Ketika Raja Bhumibol wafat, jalanan dan transportasi umum Bangkok seolah menjadi lautan hitam selama berbulan-bulan.
Upacara penobatan tersebut dilakukan di tengah pertentangan antara pemerintah junta militer dengan front demokrasi yang memperjuangkan pemisahan militer dari dunia politik.
Meskipun hampir semua upacara penobatan raja Thailand mengikuti tradisi Hindu Brahmana, beberapa elemen Buddhis dimasukkan oleh Raja Rama IV (Mongkut). Hal ini disebabkan pengalamannya sebagai pendeta selama 27 tahun sebelum naik takhta.
"Karena Raja Mongkut seorang pendeta, ia memerintahkan bahwa prosesi harus mengunjungi kuil Buddhis penting, sehingga raja baru dapat memberi sedekah kepada raja,” ujar Ahli Ritual Kerajaan Thailand, Tongthong Chandransu..
Thailand mengakhiri monarki absolut pada 1932, namun monarki tetap menjadi simbol Ketuhanan dan pelindung negara serta agama Buddha.