Bantul, Gatra.com – Makanan bukan hanya harus halal sesuai ajaran agama Islam, melainkan juga harus toyib. Masyarakat sering kali tak mendapat informasi makanan yang halal dan yang toyib tersebut.
Hal itu disampaikan peneliti Halal Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD Nina Salamah saat ditemui di Research Expo of Ahmad Dahlan (READ) 2019 di kampus 4 universitas tersebut, Sabtu (4/5).
“Kami telah menguji kehalalan sejumlah produk yang beredar di pasaran, seperti bakso, tahu, kerupuk, hingga makanan anak-anak. Masalahnya, kita tidak tahu makanan tersebut halal atau tidak, apalagi kalau tidak tersertifikasi halal,” kata dia.
Ia mencontohkan sejumlah makanan anak-anak mirip permen dan bertekstur kenyal. Rupanya jajanan ini terbuat dari bahan gelatin. Gelatin bisa dibuat dari kandungan sapi atau babi.
“Kami meneliti tiga merek permen anak tersebut. Dua halal karena sudah diketahui berbahan sapi, tapi satu kami curigai karena tidak muncul kandungan sapi. Dari babi atau bahan lain, kami sedang pastikan,” tutur pengajar Fakultas Farmasi UAD ini.
Halal Center UAD juga meneliti daging bakso. Ternyata beberapa sampel mengandung cemaran tikus, babi, bahkan celeng atau babi hutan. “Yang ini produk dari Kalimantan, DNA celeng muncul,” kata Nina.
Menurutnya, makanan-makanan tersebut peredar luas di pasar dan supermarket. Selain tak ada keterangan bahwa produk tersebut bersertifikasi halal, penjual dan pembeli juga masih minim informasi tentang produk halal. “Jadi memang perlu ada terus upaya pendampingan tentang produk halal,” ujarnya.
Bukan hanya halal, ia mengingatkan ajaran Islam juga mengingatkan pentingnya makanan toyib. Ajaran ini dimaknai bahwa makanan itu juga harus sehat. Makanan sehat jika tidak mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya, seperti boraks dan formalin.
“Tahu berformalin itu mungkin halal, tapi tidak sehat. Ini bukan makanan toyib. Kami juga concern ke sana. Masyarakat harus menghindari makanan tidak sehat yang mengandung formalin dan boraks,”kata Nina.
Selama ini, makanan tidak toyib ini juga sering dijumpai di pasaran,seperti tahu, kerupuk, dan mi. Selain edukasi ke produsen, konsumen juga harus mendapat informasi yang cukup tentang bahan-bahan makanan.
Halal Center UAD mengembangkan metode sederhana untuk menguji bahan makanan dengan kandungan boraks. Mereka membuat kertas-kertas kecil berwarna kuning yang mengandung senyawa kurkumin.
Untuk menguji satu makanan, bahan pangan itu mesti dilarutkan ke dalam air dahulu. “Kertas kurmukin lalu dicelupkan, jika warna berubah merah, artinya makanan itu mengandung boraks,” kata dia.
Halal Center merupakan satu dari 14 pusat studi yang menampilkan inovasinya di READ 2019 Ajang pameran produk dan karya riset UAD ini baru digelar pertama kali tahun ini dan rencananya digelar secara rutin.
“Halal Center di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UAD. Lembaga ini menaruh perhatian pada bidang sertifikasi halal,” kata ketua panitia READ 2019 Tri Wahyuni Sukesi.