Home Gaya Hidup Penganut Kejawen di Banyumas dan Cilacap Berpuasa Mulai Selasa Pahing

Penganut Kejawen di Banyumas dan Cilacap Berpuasa Mulai Selasa Pahing

Banyumas, Gatra.com – Penganut Islam Kejawen di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, memulai puasa Ramadan pada Selasa pahing, atau  7 Mei 2019,  berselang  sehari dari umat muslim pada umumnya.

Juru bicara Komunitas Adat Banokeling Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Sumitro, mengatakan bahwa tahun ini adalah tahun Be. Pada tahun Be, awal bulan 1 Suro jatuh pada Kamis pasaran Manis. Dengan rumus Nemro maka bulan puasa atau Ramadan akan tiba pada Selasa pahing.

“Selasa pahing, Sanemro, Selasa Pahing, itu mulai puasa. Puasa itu kan termasuk perhitungannya dengan rumus Nemro,” katanya kepada Gatra.com, Minggu (5/5).

Menurut Sumitro,  penghitungan awal puasa selalu berubah tergantung tahunnya. Penetapan waktu tersebut dihitung berdasarkan almanak  Jawa berdasar penghitungan alif rebo wage (aboge).

Nemro-nya itu ambil dari 1 bulan Suro, Kamis, Jumat, Sabtu, Ahad, Senin, Selasa itu kan enam. Tahun ini 1 Suronya kan Kamis Manis. Berarti nemro-nya itu, Selasa pahing,” ujanya.

Dia menjelaskan, almanak aboge mendasarkan perhitungan  tahun yang jumlahnya hanya satu windu-an atau delapan tahunan. Tiap tahun memiliki nama, yakni Alif, He, Jim, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jim Akhir.

Kata dia, rumus perhitungan yang mendasarkan pada jatuhnya 1 Suro juga bisa diterapkan dalam penghitungan  Idulfitri. Rumusnya adalah waljiro. Pada tahun Be ini, lebaran akan tiba pada Kamis pahing, atau diperkirakan tiba sehari setelah Idulfitri yang ditetapkan ketetapan pemerintah.

“Tahun ini Be Misgi. Puasanya rumusnya nemro. Lha nanti, Lebaran-nya dengan rumus waljiro,” ujarnya.

Senada dengan Sumitro, Tetua Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS) Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, yang juga masih anak putu atau keturunan Kiai Banokeling, Kunthang Sunardi,  menyatakan bahwa komunitasnya juga akan memulai puasa pada Selasa pahing.

Menurut dia, dengan kelander aboge yang pasti itu, puasa dan Lebaran sudah bisa ditentukan sejak jauh-jauh hari. Pada satu waktu, puasa atau Lebaran kalender aboge berbeda dari  ketetapan pemerintah. Namun, terkadang awal puasa dan Lebaran Kejawen juga sama dengan pemerintah.  “Iya, berselang sehari,” kata Kunthang.

Kunthang menerangkan, penghitungan penentu waktu jatuhnya 1 Ramadan atau 1 Syawal merupakan gabungan penghitungan dalam satu windu dengan jumlah hari dan jumlah pasaran hari berdasarkan perhitungan Jawa yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing.

Menurut Kunthang, perbedaan  awal puasa dan Lebaran itu merupakan kekayaan ilmu pengetahuan Indonesia. Karena itu, ia berharap  perbedaan  tersebut disikapi  secara arif.

6465