Jakarta, Gatra.com- Praktisi IT versi Badan Pemenangan Nasional (BPN) menemukan kejanggalan dalam proses input data penghitungan suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurut Praktisi IT Sahabat PADI ITB, Hairul Anas Suaidi pihaknya telah menemukan beberapa fakta janggal dalam penghitungan perolehan suara yang dilakukan oleh KPU. Seperti jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di beberapa daerah yang tidak konsisten dan mereka menganggap realcount lebih memproduksi keresahan daripada perhitungan akurat.
"Kami sudah lacak di mana lokasi TPS yang terindikasi kecurangan tersebut. Kedua, pihak 02 akan selalu kalah dalam penghitungan jika sebelum input data sudah ada dilakukan penambahan 10% untuk pihak 01," jelas Hairul saat ditemui di Sekretariat Nasional Prabowo-Sandi, Jakarta, Sabtu (4/5).
Menanggapi hal tersebut Hairul berencana akan menciptakan robot yang akan memotret halaman situs KPU dalam waktu tiap menit. "Tolong kami jangan dipermainkan lagi, sistem kami ini tidak akan makan biaya Rp24 trilyun. KPU sudah hilang kredibilitasnya," tambahnya.
Selain itu, Hairul meminta audit tidak hanya dilakukan tidak hanya kepada server dan program tetapi juga orang yang terlibat langsung di KPU.
Menemukan banyak kejanggalan, BPN meminta KPU untuk mengundur penghitungan realcount yang sebelumnya telah dijadwalkan pada 22 Mei 2019. BPN beranggapan bahwa jadwal penghitungan 22 Mei tersebut telah di setting berbagai rencana kecurangan, seperti quickcount dan manipulasi IT.