Home Gaya Hidup Sadran Sasi Ruwah, Toleransi ala Warga Kalikudi Menjelang Ramadan

Sadran Sasi Ruwah, Toleransi ala Warga Kalikudi Menjelang Ramadan

Cilacap, Gatra.com – Penganut Islam kejawen dan penghayat Kepercayaan di Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menggelar ritual sadran atau nyadran sasi Ruwah pada Jumat terakhir sebelum Ramadan. Dalam prosesi ini, warga saling berkunjung ke rumah para penganut kejawen, Islam maupun agama lainnya.

Dalam prosesi itu, para pria mengenakan busana yang berbeda-beda. Sebagian mengenakan peci atau kupluk yang merupakan identitas muslim. Lainnya, memakai blangkon, lengkap dengan batik dan kain jaritnya. Sebagian warga memang penganut kejawen, lainnya adalah muslim, dan penganut agama lainnya.

Salah satu wujud toleransinya, doa dalam prosesi nyadran di desa menggunakan dua bahasa. Pertama, doa dipanjatkan dengan bahasa Jawa, yang merujuk pada adat Jawa dan sebagian warga yang menganut kejawen dan penghayat kepercayaan. Doa kedua, dipimpin oleh kayim atau perangkat desa urusan keagamaan dengan bahasa Arab.

“Doanya memang dengan dua bahasa. Itu sudah menjadi tradisi,” kata Tetua Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS) Kalikudi, Kunthang Sunardi, Jumat (3/5).

Dia mengatakan ritual sadran merupakan rangkaian ritual akhir menjelang  puasa atau Ramadan. Ritual ini  telah berlangsung ratusan tahun sejak abad 17, atau pertama kali cikal bakal Desa Kalikudi membuka alas.

Nyadran dimaknai sebagai kebahagiaan menyambut Ramadhan. Dengan saling berkunjung, Nyadran juga merupakan simbol kerukunan antar-tetangga meski berbeda agama dan kepercayaan. Kebiasaan ini telah dilakukan selama ratusan tahun dan dilestarikan sebagai bagian adat tradisi anak putu Kalikudi.

“Rukun dengan tetangga itu sudah menjadi ajaran leluhur kami. Saling berkunjung, saling mendoakan,” ujarnya.

Dia menerangkan, sebelum prosesi  di rumah masing-masing anak putu Kalikudi, sadran dilakukan di Pasemuan Lor dan Pasemuan Kidul. Prosesi ritualnya berisi doa bersama pada Jumat siang.

Kemudian, sore harinya, warga akan menggelar nyadran atau selamatan di rumah masing-masing. Anak putu akan saling berkunjung ke rumah tetangganya untuk saling mendoakan.

“Setelah di Pasemuan dilanjutkan ke masing-masing anak putu yang ikut Nydran. Nah, filosofinya, karena anak putu itu akan menghadapi Ramadan, akan melakukan puasa, ya di bulan Ruwah itu,” katanya.

Sebelumnya, anak putu Kalikudi menggelar ritual bekten pada Kamis (2/5) kemarin. Kamis pekan sebelumnya, mereka juga mengikuti punggahan di Panembahan Banokeling, Pekuncen, Jatilawang, Banyumas. Nyadran sasi Ruwah adalah penutup dari rangkaian ritual menyambut puasa.

“Jadi, akhirnya nyadran dan berbakti, karena diyakini bahwa arwah leluhurnya itu akan datang. Jadi, istilahnya mendoakan leluhur sebelum datangnya bulan puasa,” ucapnya.

1303