Home Kesehatan Bukan Sakit Jiwa, Psikiater Sebut Aksi Aneh Caleg Gagal karena tidak Ikhlas Kalah

Bukan Sakit Jiwa, Psikiater Sebut Aksi Aneh Caleg Gagal karena tidak Ikhlas Kalah

Jakarta, Gatra.com - Pemilu serentak 17 April 2019 telah berlalu. Proses penghitungan suara masih berlangsung hingga saat ini. Pemilihan calon legislatif (caleg) di beberapa provinsi sudah ada hasilnya.

Ada yang lolos menjadi anggota DPR-RI atau DPRD. Hanya saja lebih banyak yang gagal. Nah, sebagian dari Caleg yang gagal, berdasarkan pantauan Gatra.com, melakukan hal-hal yang aneh.

Misalnya, ada caleg gagal, menarik sumbangan di daerah pemilihannya. Seperti kasus caleg yang menarik kembali sumbangan aspal, di Jawa Barat. Ada Caleg yang menarik kembali sumbangan sajadah masjid di Maluku.

Bahkan ada yang hingga menutup fasilitas publik yaitu pasar di Nusa Tenggara Timur (NTT) karena anak dari Kepala Desa tersebut tidak lolos ke DPRD.

Kasus-kasus tersebut mendapat tanggapan dari dokter ahli kejiwaan. Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa, Dr. dr. Richard Budiman Sp.KJ (K) menjelaskan kasus seperti itu merupakan bentuk kekecewaan yang spontan dilakukan oleh caleg karena merasa tidak puas dengan hasil yang diperoleh.

"Kalau itu sebenarnya reaksi spontan aja ya darinya. Dia merasa tidak puas karena dia sudah memberikan sumbangan tapi tidak ada hasilnya sehingga dia meminta kembali," jelasnya pada Gatra.com, Jumat (3/5).

Ia melanjutkan, aksi dari caleg tersebut bukan merupakan gejala gangguan jiwa karena tidak ada tanda-tanda dia melakukan hal yang di luar batas kejiwaan.

"Dia tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak seharusnya. Tetap kita tidak menganggapnya sebagai gangguan jiwa. Itu mungkin hanya karena orang merasa tertipu saja," jelasnya.


Baca juga: 


Serupa dengan dr. Richard, Dokter Ahli Kesehatan Jiwa (psikiater) RS Cipto Mangunkusumo, Dr dr. Nurmiati Amir SpKJ, (K) menjelaskan aksi tersebut tidak disebut sebagai gangguan kejiwaan karena fungsi kejiwaan dari caleg tersebut tidak terganggu. Menurutnya hal tersebut hanya karena ketidakikhlasan yang dilakukan caleg.

"Ya belum tentu, yang bisa disebut gangguan kejiwaan kalau itu ada fungsinya yang terganggu, dia menjadi depresi menjadi tidak bekerja atau fungsi sosialnya terganggu. Tapi kalau dia meminta itu kembali saja ya belum tentu. Memang ga ikhlas aja kali ya," jelasnya pada Gatra.com, Jumat (3/5).

1525