Home Olahraga Waspadai Dehidrasi dan Cedera Saat Lari Marathon

Waspadai Dehidrasi dan Cedera Saat Lari Marathon

Jakarta, Gatra.com - Dehidrasi dan cedera bisa menjadi penghambat saat kita sedang asyik berolahraga. Dua hal tersebut patut di waspadai. Saran dokter atau ahli bisa dijadikan rujukan untuk menghindari kedua hal tersebut.

Dokter spesialis knee & joints dr. Kiki Novianto, Sp.OT(K) dan Spesialis Kedokteran Olahraga dr. Angelica Anggunadi, Sp.KO membagi saran mengenai penanganan hambata saat berolahraga di acara Road to Maybank Bali Marathon 2019, di Three Bums, Jalan Senopati, Jakarta, Jumat (3/5).

"Pada umumnya memang 40% persen atau yang terbanyak dari cedera yang dialami oleh pelari itu lutut," ujar dr. Kiki. Sementara lainnya biasanya bisa dialami oleh berbagai bagian anggota tubuh lain seperti engkel, pinggul bahkan pundak.

Cedera yang terjadi pada para pelari itu, menurut dr. Kiki biasanya disebabkan karena aktivitasnya saat berolah raga diangap berlebihan. "Jadi, terlalu cepat menambah jarak, terlalu cepat menambah kecepatan terlalu sedikit beristirahat, itu semua 70% gara-gara itu," kata Kiki.

Jika hal semacam itu terjadi biasanya yang ia sarankan pertama kali adalah, untuk berhenti lari terlebih dahulu. Sedang untuk penanganannya, umumnya sebagian cedera tersebut dikompres menggunakan es terlebih dahulu.

Sementara itu dr. Angelica menjelaskan bahwa ada hal yang perlu diperhatikan oleh pelari saat marathon. Yakni, soal dehidrasi.

"Kebutuhan cairan seringkali terlupakan, butuh cuma saat race saja, untuk yang kebutuhan sehari-hari lupa," ujarnya.

Angelica mengatakan, bahwa dehidrasi tidak harus sampai pingsan, karena ada juga dehidrasi ringan. Cara untuk melihat kita mengalami dehidrasi ringan salah satunya lewat warna urin, jika kita kencing pada pagi hari dan warnanya pekat itu berarti sehari sebelumnya kita kurang minum.

"Kenapa penting banget, karena kalau kita kurang ini (cairan) kinerja otak otomatis juga terpengaruh," ujarnya.

Hal lain yang diperlukan mengenai lari adalah pengapuran, hal ini diutarakan oleh Kiki. Dahulu lari dianggap menjadi penyebab pengapuran. "Tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, riset dan sebagainya ternyata tidak terbukti. "Jadi teman-teman yang usianya diatas 40 tidak usah takut kalau lari akan membuat pengapiran," ujarnya.

Pengapuran menurutnya lebih disebabkan karena ada faktor keturunan, kemudian berat badan berlebih jika memiliki risiko yang tinggi mengalami pengapuran. "Teman-teman pelari yang datang ke saya dan saat saya rontgen dan sudah ada tanda pengapuran maka saya anjurkan untuk memilih olahraga yang lain," timpalnya.

"Karena pengapuran ini tidak bisa diobati, yang bisa dilakukan ada memperlambat proses penyakit itu," tambah Kiki.

887