Kinshasa,Gatra.com - Kementerian Kesehatan di Republik Demokratik Kongo telah mengumumkan jumlah korban tewas akibat wabah ebola di negara ini mencapai 1.000 jiwa. Wabah ebola Kongo ini mulai menyebar sejak bulan Agustus dan jadi wabah yang paling mematikan kedua dalam sejarah.
Menyadur BBC (4/5) Deputi Direktur World Health Organization (WHO) Michael Ryan mengatakan, keraguan masyarakat dalam mempercayai dokter dan terjadinya kekerasan etnis di Kongo telah merusak upaya untuk mengatasi ebola saat penyakit itu menyebar ke timur Kongo.
"Sudah ada 119 serangan ebola terdokumentasi sejak Januari, WHO masih terus berupaya mengantisipasi masifnya penularan wabah ini," tambahnya saat berbicara kepada wartawan di Jenewa.
Petugas kesehatan memiliki banyak vaksin dan lebih dari 100.000 orang telah diberikan perawatan. Tetapi berlanjutnya kekerasan di bagian timur Kongo, dan ketidakpercayaan terhadap dokter menghambat proses pencegahan dari menularnya virus ebola.
"Kami masih menghadapi masalah besar untuk mendapat penerimaan dan kepercayaan masyarakat," katanya.
Kongo juga dihadapkan pada masalah wabah campak yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, dan sejauh ini sudah ada 50.000 kasus yang telah dilaporkan. Staf WHO telah mengonfirmasi campak di 14 dari 26 provinsi di negara itu, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan.
Ebola masih mengganas di dua provinsi di Kongo, tapi pihak medis masih kesulitan untuk memantau penyebaran virus karena konflik yang berlangsung di negara itu. WHO mengatakan risiko penyebaran global rendah, tetapi sangat mungkin kasus akan menyebar ke negara-negara tetangga.
Kebanyakan wabah ebola berakhir dengan cepat dan hanya memengaruhi sebagian kecil masyarakat. Hanya sekali saat wabah ini berkembang lebih dari delapan bulan, yakni saat epidemi di Afrika Barat tahun 2013 dan 2016, yang menewaskan 11.310 orang.