Home Politik Ijtima Ulama III, JKSN: Mereka Mengkapitalisasi Kata Ulama

Ijtima Ulama III, JKSN: Mereka Mengkapitalisasi Kata Ulama

Surabaya, Gatra.com - Jaringan Kiai-Santri Nasional (JKSN) menilai hasil Ijtima Ulama III yang dilaksanakan di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/5) patut diduga memiliki kepentingan terselubung.

"Ya coba aja lihat ( Ijtima Ulama) itukan (ada) tim sukses (Prabowo-Sandi)," kata Sekjen JKSN, M Zahrul Azhar Asumta kepada Gatra.com, saat dihubungi melalui telepon, Jumat (3/5).

Namun, Zahrul tidak menyoal ada tim pemenangan pasangan 02 Prabowo-Sandiaga Salahuddin Uno yang masuk dalam Ijtima Ulama III. Hanya saja dia mempermasalahkan penggunaan kata ulama yang dikapitalisasi dalam konteks politik praktis.

"Yang jadi masalah adalah tentang bagaimana mengkapitalisasi ulama dalam konteks praksis seperti ini. Mestinya mereka (tim pemenangan Prabowo-Sandi) bertanggung jawab kepada publik tentang kedewasaan politik," katanya.

"Kalau memang ada beberapa ulama yang memang ada disana (Ijtima Ulama III), wajar-wajar saja. Mungkin ada ikatan emosional (dengan paslon Prabowo-Sandi), ikatan yang lebih sehingga menutupi logika beliau-beliau," ujarnya.

Zahrul menduga ada beberapa kepentingan terselubung dalam Ijtima Ulama III ini, yakni ada motif kepentingan pribadi seperti jabatan dan ekonomi. Selain itu, ada kepentingan ideologis apabila calon presiden dan wakil presiden 02 Prabowo-Sandi menang.

Mimpi yang dimaksud Zahrul adalah orang-orang HTI yang ada di kubu 02 berharap bisa menerapkan sistem Khilafah jika calon yang diusungnya menang. Salah satu caranya adalah dengan mendelegitimasi KPU.

"Ketika masyarakat dibenturkan dengan demokrasi, yang tidak baik menurut mereka, maka dia akan menawarkan kepada masyarakat, ini lho jalan lain selain demokrasi," ungkap Zahrul.

Padahal, lanjut Zahrul, seandainya Prabowo-Sandi menang pun, mimpi orang-orang HTI tidak bakal terwujud. "Tidak akan mungkin juga diikuti oleh Prabowo jika menang. Wong Prabowo itu mantan TNI,"ujarnya.

Zahrul mengakui tidak mengetahui berapa komposisi orang-orang HTI dalam Ijtima Ulama tersebut. Akan tetapi, jika masuk dalam politik praktis semestinya menunjukkan sikap dewasa. "Nah kalau kita bicara kedewasaan, ya wajar saja wong background mereka (orang-orang HTI) juga tidak dipolitik, terus bermain-main dipolitik, kan akhirnya baper," katanya.

Disisi lain, kata Zahrul, bagi masyarakat melek politik, upaya tim 02 Prabowo-Sandi yang mengklaim menang dan selalu menggunakan embel-embel ulama justru bakal menjadi bahan tertawaan publik. "Terus masyarakat semakin yakin, siapa sebenarnya ulama, siapa sebenarnya tim sukses."

Meski demikian, dia menghimbau kepada masyarakat agar apa yang dilihat di televisi, media dan dimananpun, sebenarnya adalah para politisi. Sehingga tidak mudah mengambil kesimpulan atau terjebak dengan embel-embel ulama. "Nah kalau kita sudah sadar bahwa apa yang kita lihat, hadapi adalah para politisi, maka kita tidak selalu harus ikut dengan mereka," pungkasnya.

Sebelumnya, hasil Ijtima Ulama III meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mendiskualifikasi kemenangan Pasangan calon presiden dan wakil presiden 01 Jokowi-Ma'aruf Amin.

 

Reporter: Muhammad Rizky

Editor: Bernadetta Febriana