Palu, Gatra.com - Gempa bumi berkekuatan 7,4 Skala Richter disusul tsunami dan likuifaksi yang melanda Sulawesi Tengah pada 28 September 2018, menimbulkan kerugian material yang dihitung hingga mencapai Rp18,48 triliun dan menelan korban jiwa 4.340 orang.
Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kegempaan Provinsi Sulawesi Tengah yang dikutip di Palu, Jumat, mencatat bahwa gempa itu menimpa Kota Palu dan tiga kabupaten terdekat, yakni Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.
Kota Palu menderita kerugian material senilai Rp8,3 triliun, Kabupaten Sigi Rp6,9 triliun, Donggala Rp2,7 triliun, dan Parigi Moutong Rp640 miliar.
Tercatat, kerugian yang paling besar di sektor permukiman di mana hampir semua bangunan di sepanjang Pantai Teluk Palu rata dengan tanah, karena diterjang tsunami, serta bangunan di daerah Petobo, Balaroa, dan Sibalaya yang terkena likuifaksi serta bangunan lain yang rusak berat dan ringan akibat gempa.
"Dampak dari gempa menyebabkan kegiatan ekonomi terganggu dan hilangnya pendapatan sebagian besar masyarakat, semua kegiatan seakan lumpuh total. Namun syukurlah kondisi tersebut kini mulai pulih," kata Gubernur Sulteng Longki Djanggola.
Ketua Pusdatin Kegempaan Sulteng Moh Hidayat saat menerima kunjungan Penasihat Senior Shelter dan Pemukiman USAID, Charles A.Setchell (Chuck), memberikan informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan masyarakat korban bencana untuk pemulihan kehidupan mereka.
Hidayat yang juga Sekda Provinsi Sulteng itu, menyampaikan saat ini masyarakat berharap segera mendapatkan hunian tetap, terutama bagi mereka yang rumahnya hilang akibat bencana dan baru ada satu lembaga yang menyatakan secara resmi siap membangun hunian tetap, yaitu Yasyasan Budha Tzu Chi.
Pemerintah daerah telah menyiapkan lokasi untuk relokasi antara lain di Kelurahan Talise, Duyu, dan Pombewe. Dari 6.504 rumah yang dinyatakan hilang, Budha Tzu Chi memberikan dukungan 3.000 unit hunian tetap dan masih menyisahkan 3.504 unit.
"Diharapkan dalam waktu dekat pemerintah pusat dapat segera merealisasikan janji pemenuhan pembangunan hunian tetap serta mencairkan sisa dana stimulan dan dana santunan, mengingat saat ini status kebencanaan di Provinsi Sulawesi Tengah memasuki masa rehabilityasi dan rekonstruksi mulai 25 April 2019 sampai 25 April 2021," ujarnya sebagaimana dilaporkan Antara.
Charles A.Setchell mengaku senang berkunjung ke Sulawesi Tengah dan mendapatkan informasi terkait dengan kebencanaan.
Ia berjanji meneruskan informasi tersebut ke lembaga/organisasi dunia untuk dapat memberikan dukungan.