Jakarta, Gatra.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Erwin Rijanto, mengatakan, ketidakpastian perekonomian global yang terus meningkat memberikan tekanan bagi stabilitas sistem keuangan Indonesia dan perlu terus dicermati.
"Saat ini stabilitas keuangan domestik masih terjaga walaupun tertekan dari segi nilai tukar. Kita harus tetap mencermati tantangan ke depan," katanya dalam diskusi panel setelah peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan di Jakarta, Jumat (3/5).
Menurut Erwin, permasalahannya prospek pertumbuhan ekonomi masih lambat karena risiko keuangan global masih tinggi. Permasalahan yang lain, adalah angka permasalahan global makin kompleks. Contoh Perang Dagang AS-Cina semakin luas. Jika perang dagang ini berjalan lebih lama akan memengaruhi perekonomian global.
Erwin juga mengamini pernyataan Gubernur BI, Perry Warjiyo, terkait dibutuhkanya optimisme dan sinergitas dalam Kebijakan Makroprudensial.
"Optimis, dan perlunya sinergi antarlembaga, perlunya konsistensi. Dari segi kebajikan makrodprudensial. Didorong intermediasi perbankan akan membuat stabilitas keuangan membaik," ujarnya.
Melalui langkah tersebut, lanjut Erwin, diharapkan stabilitas ekonomi terjaga dan diperkirakan akan tetap terjaga. Didukung permintaan, inflasi rendah, dan kredit perbankan tumbuh 10-12%.
Dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan Indonesia serta merespons masih terdapatnya ruang akselerasi pertumbuhan intermediasi, BI telah menempuh kebijakan makroprudensial akomodatif. Hal ini juga disampaikan kembali oleh Perry Warjiyo
"Penerapan kebijakan makroprudensial ini tidak terlepas dari koordinasi dan sinergi yang erat antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan termasuk dalam pencegahan dan penanganan krisis keuangan," ujar Perry.
Ke depan, tantangan perekonomian global dan domestik yang terjadi sepanjang tahun 2019 diperkirakan masih akan berlanjut dan mewarnai kinerja dan ketahanan sistem keuangan Indonesia.