Banda Aceh, Gatra.com - Setiap manusia sebagai makhluk terbaik menjadi khalifah di atas permukaan bumi, dalam hidupnya sejak lahir akan selalu beriringan dengan fitnah (ujian dan cobaan) sampai ia meninggalkan dunia.
Itu semua telah menjadi satu ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bahkan tidak akan berubah hingga hari kiamat, bahwa kehidupan manusia sangat mustahil tanpa fitnah, cobaan, dan musibah. Bahkan penciptaan langit dan bumi, kehidupan dan kematian, serta apa yang menghiasi keduanya, semuanya dalam rangka melakukan pengujian dan penyaringan terhadap seluruh hamba.
Hal ini untuk menentukan, siapa di antara mereka yang taat kepada Allah dan benar-benar beriman dan siapa yang pura-pura beriman yang lebih memilih urusan dunia dan keindahan semunya.
Sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Ankabut ayat 2-3 yang artinya, Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta".
Demikian antara lain disampaikan Tgk H. Umar Rafsanjani, Lc MA, Pimpinan Dayah Mini Darussalam, Alue Naga, Banda Aceh saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu malam (01/05).
"Tidak ada orang beriman yang tidak diuji dengan fitnah dan cobaan. Keimanan memang bukanlah sekadar sebuah kata yang mudah diucapkan. Manusia tidak akan pernah dibiarkan dengan pengakuan seperti itu, hingga mereka dihadapkan pada berbagai fitnah, di mana keteguhan mereka diuji, terkadang hidupnya berakhir dengan baik, dan terkadang dia menutup kehidupannya dengan akhir yang jelek," ujar Tgk Umar Rafsanjani.
Ketua Umum Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi Kota Banda Aceh ini menambahkan, fitnah terhadap keimanan adalah perkara yang akan tetap ada, sebab ia telah menjadi ketetapan di sisi Allah.
Ia memiliki konsekuensi, amanah yang memiliki beban, jihad yang membutuhkan kesabaran, sehingga tidaklah cukup sekadar menyatakan, kami telah beriman.
Disebutkannya, banyak yang lulus dengan ujian fitnah ini dengan keimanannya yang kuat dan tidak sedikit juga yang gagal dalam melewatinya karena imannya pura-pura ketika diuji dengan anak istri, harta, pangkat dan jabatan, ilmu pengetahuan dan berbagai kelebihan lain.
Orang-orang di zaman dahulu berhasil menjaga iman dan ketaatannya kepada Allah ketika diuji dengan kemiskinan, tapi gagal mempertahankan keimanan ketika diuji dengan harta dan kekayaan seperti Tsa'labah dan Qarun.
"Berbeda dengan orang kita di zaman sekarang atau akhir zaman. Kita sekarang kebanyakan dengan ujian kemiskinan saja gagal menjaga iman dan taat pada Allah, apalagi dengan ujian kekayaan dan kedudukan akan membuat lebih gagal lagi dengan sifat-sifat kesombongan dan angkuh yang akan timbul karena merasa hebat dengan sedikit kelebihan yang Allah berikan," terangnya.
Tgk Umar Rafsanjani juga mengungkapkan, di akhir zaman, fitnah dan ujian yang akan dialami oleh umat Islam tidak lagi bersifat pribadi dan kelompok, tapi sudah meluas secara kolektif dirasakan oleh seluruh umat. Fitnah ini sangat dahsyat ketika kebohongan diyakini oleh masyarakat banyak sebagai kebenaran dan kebenaran justru dinilai sebagai dusta atau hoaks.
Tgk. Umar lalu mengutip Hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara. Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?” Rasulullah lalu menjawab, “Orang fasik dan bodoh yang turut campur dan berbicara dalam urusan orang banyak”.
"Perhatikan fenomena terjadi di zaman kita. Betapa sesuainya keadaan zaman ini dengan berita yang disampaikan Rasulullah SAW. Betapa banyak orang jujur lagi mulia yang didustakan. Banyak pula para pendusta yang ucapannya dianggap kebenaran. Kita bisa menyaksikan apa yang hari ini menimpa ulama-ulama Ahlus Sunnah. Mereka yang sedemikian gigih mempertahankan kebenaran, mempertahankan aqidah Ahlus Sunnah.
Ucapan-ucapan mereka yang penuh hikmah didustakan. Nasihat-nasihat mereka memperingatkan umat agar tetap berada di jalan kebenaran kerap dianggap sebagai sebagai sikap radikal, ekstrem, ulama garis kertas dan stigma negatif lainnya untuk memecah belah umat. Padahal maksud mereka adalah memberi nasihat yang tulus kepada umat, kebenaran-kebenaran yang disampaikan ulama kita ini kerap didustakan dan ditolak, sehingga tidak sedikit ulama kita yang menjadi korban fitnah oleh umat percaya pada hoaks dan kebohongan kelompok Ruwaibidhah tadi," jelas Tgk. Umar.
Karenanya, Tgk Umar Rafsanjani mengajak seluruh umat Islam Indonesia dan Aceh khususnya, agar bulan Ramadan sudah diambang pintu dapat menjadi solusi dan momentum untuk melawan segala fitnah yang muncul di tengah umat.
"Di dalam bulan suci Ramadan, berbicara yang sia-sia dan tidak penting saja sudah dilarang, apalagi berbicara dan menyebarkan fitnah. Kalau masih gagal juga kita melawan fitnah di bulan suci ini, mari kita berdoa agar kita dipanjangkan umur oleh Allah agar sampai pada bulan Ramadan berikutnya. Jangan sampai gara-gara fitnah kita gagal masuk surga. Kalau kita tidak tahu diam saja, itu akan jadi penyelamat bagi kita di akhirat kelak. Jangan menyebarkan dan share fitnah yang kita tidak tahu kebenarannya. Kita yang sudah beribadah dengan bagus dan rajin, tapi sangkut kita dengan fitnah ketika diperiksa di akhirat yang menghalangi masuk syurga?" katanya.