Semarang, Gatra.com - Sambil duduk di sebuah kursi kecil, beberapa perempuan paruh baya sibuk menggoreskan canting berisi malam pada sebuah kain putih yang mereka pegang. Goresan canting tersebut mengikuti pola gambar di kain putih itu.
Dalam waktu singkat, terbentuklah motif batik yang indah. Selain mereka, di rumah itu ada sejumlah remaja perempuan sedang mewarnai kain putih bermotif itu dengan aneka warna.
Itulah kegiatan membatik di sentra batik Gewamang di Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, saat disambangi wartawan yang mengikuti kunjungan gelaran Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Tengah, Senin (29/4).
“Ada 15 karyawan dan kebanyakan perempuan yang mengerjakan pembuatan batik Gamawang,” kata pendiri sentra batik Gemawang, Abdul Kholiq Fauzi, kepada .
Semua karyawan itu, lanjut Fauzi, warga Desa Gemawang. Mereka sebelumnya mendapat pelatihan membatik dari Pemerintah Kabupaten Semarang.
Batik Gemawang merupakan ikon batik Kabupaten Semarang dan telah dikenal luas masyarakat. Desa Gemawang juga telah dijadikan tujuan wisata batik.
Di desa ini, pengunjung bisa melihat dan membeli aneka kain dan baju batik. Selain itu, wistawatan bisa belajar membatik dengan alat tradisional dan pewarna alami.
Untuk berkunjung ke sentra batik Gemawang cukup mudah. Desa ini berada di Jalan Raya Semarang-Magelang Km. 55 dan tepat di sebelah timur Banaran Cafe 9.
Fauzi menjelaskan sentra batik Gemawang didirikan beberapa orang setelah mengikuti pelatihan membatik dan membentuk kelompok belajar usaha.
Di Gemawang, pembuatan batik melalui dua cara yakni secara manual atau batik tulis dan menggunakan alat cetak atau printing. Seluruh pewarnaan menggunakan bahan alami.
“Modal awal pendirian usaha batik Gemawang yang didirikan pada 2008 senilai Rp2 juta. Ini untuk memproduksi beberapa potong kain batik,” jelasnya.
Menurut Fauzi, batik semula dipasarkan dari pintu ke pintu ke instansi pemerintah dan kantor swasta wilayah Kabupaten Magelang.
Dari semula hanya laku delapan potong kain, usaha itu mendapat pesanan dari sebuah rumah sakit di Kabupaten Magelang sebanyak 80 potong.
Sejak itu, permintaan batik Gemawang terus meningkat sampai sekarang. Pembelinya telah merambah ke Kota Magelang, Kabupaten Semarang, dan Salatiga.
“Produksi batik Gemawang sekarang mencapai 1.000 potong per bulan, campuran baik tulis dan cetak,” kata Fauzi.
Kain batik Gemawang dibanderol mulai Rp150.000 hingga Rp5 juta per potong. Sedangkan untuk batik tulis khusus dengan jumlah terbatas harganya mencapai Rp8 juta per potong.
Batik Gemawang memiliki 63 motif, antara lain tala madu, baruklinting, sepur kluthuk, gedong songo, bambu, lintang, trenggono, godong kopi, kembang kopi, dan kopi pecah.
“Dari puluhan motif ini hanya tiga yang kami patenkan, yakni motif godong kopi, kembang kopi, dan kopi pecah karena merupakan ciri khas batik Gemawang,” ujar Fauzi.
Ia mengatakan, motif godong kopi ditemukan secara tidak sengaja pada 2013. Saat itu, ia akan membakar sampah daun kopi yang berserakan di tanah depan rumahnya. Ia merasa tertarik dengan daun itu, kemudian diabadikan menggunakan kamera BlackBerry.
Batik Gewamang telah dikenakan berbagai kalangan masyarakat dari artis hingga istri para menteri. Anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyukai batik ini.
“Kami terbuka memberikan pelatihan membatik kepada siapa saja yang ingin belajar membatik,” kata Fauzi.