Jakarta, Gatra.com - Pemberitaan pemilihan umum (Pemilu) 2019 secara umum didominasi oleh peserta Pemilu sedangkan untuk penyelenggara Pemilu hanya mengambil andil sekitar 8% dari perhatian media.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina, Ika Karlina Idris saat lakukan diskusi "The Role of Media in Election and Democracy" menyampaikan aktor politik lebih mendominasi dibandingkan penyelenggara Pemilu. Padahal saat ini pertama kalinya diselenggarakan Pemilu serentak dimana KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara seharusnya mendapat porsi lebih besar.
"Yang paling banyak itu ternyata adalah politisi kandidat sama tim sukses jadi kandidat ini maupun kandidat presiden atau kandidat legislatif itu kalau kita jumlahin sampai 60% yang terbanyak kedua adalah lainnya yaitu goverment, menteri atau pejabat. Jadi yang mendominasi ya aktor politik, KPU dan Bawaslu itu cuma 8,2%," ujarnya saat Diskusi di Gedung Tempo, Palmerah Barat Jakarta, Kamis (2/04).
Alasan utama aktor politik menjadi dominasi pemberitaan dikatakan Ika karena mereka memiliki interest dan sensasi dalam jangka waktu panjang selama periode kampanye untuk membentuk agenda setting yang kemudian menjadi agenda building.
"Dari masa kampanye ini akhirnya aktor-aktor politik itu punya interest untuk membangun agenda media dari agenda setting jadi agenda building," ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun posisi dominasinya sebagai berikut Kandidat 22,76%, Tim Sukses 19,21%, Politisi 18,75%, KPU dan Bawaslu 8,2%, Warga 4,66%, NGO 3,44%, Lembaga Survei 2,79%, Pakar Akademisi 2,29%, Pengamat 1,95%.
Hasil data tersebut didapatkan dari Penelitian “Peran Media dalam Pemilihan Umum dan Tantangannya di tengah Era Disinformasi” dalam rangka World Press Freedom Day, di Paramadina Graduate School of Communication (PGSC). Penelitian dilakukan terhadap 800 berita dari 7 (tujuh) media massa online yakni Kompas.com, Tempo, Vivanews, Merdeka, Okezone dan Sindonews.
Sayangnya, dari 800 pemberitaan di media massa hanya 30% yang melakukan verifikasi terhadap pemberitaan. Sebanyak 70% pemberitaan ditulis tanpa melalui verifikasi kepada narasumber untuk menguatkan angle pemberitaan ataupun yang kontra terhadap angle Pemberitaan.