Samarinda, Gatra.com - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur (Kaltim) angkat bicara terkait bertambahnya jumlah kasus anak tewas di lubang tambang.
Menurut Jatam, kejadian ini seharusnya menjadi perhatian gubernur dan wakil gubernur. Namun keduanya sepertinya dinilai hanya bersikap tidak peduli.
"Sejak Pak Isran (gubernur) dan Pak Hadi (wakil gubernur) menjabat, tercatat sudah 4 orang anak tewas di lubang tambang. Tapi keduanya masa bodoh, enggan mengoreksi kebijakan kepala daerah terdahulu. Bahkan kerap melontarkan pernyataan kontroversi," kata Pradarma Rupang, dinamisator Jatam Kaltim, Kamis (2/5).
Rupang juga menyoroti kinerja Polda Kalimantan Timur terkait penyidikan kasus anak tewas di lubang tambang yang dilimpahkan ke pihak polda.
"Kasus tewasnya 32 orang juga mangkrak. Tak ada penegakan hukum yang jelas, dan terus dibiarkan," lanjutnya.
Seperti diketahui, korban anak tewas di lubang bekas tambang batu bara kembali bertambah, Minggu (21/4) lalu.
Kali ini, meninpa seorang pelajar SMP di Desa Bunga Jadi, Kecamatan Muara Kanam, Kutai Kartanegara, berinisial RNA, sekira pukul 18.00 Wita.
"Berdasarkan penelusuran Jatam Kaltim, lokasi tenggelamnya RNA ini diduga berada di konsesi tambang milik PT. Mandala Usaha Tambang Utama (MUTU)," ujar Rupang.
Anak kedua dari pasangan Wiyono dan Sri Rahayu ini ditemukan tewas setelah sebelumnya bermain di sekitar lubang tambang, bersama empat temannya.
Kejadian nahas ini menambah daftar panjang anak tewas di lubang bekas tambang batu bara Kaltim, sejak tahun 2011 lalu.