Talaud, Gatra.com - Wilayah kepulauan di perbatasan Indonesia-Filipina, Talaud, gempar setelah bupatinya, Sri Wahyumi Maria Manalip, di bawa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ke Jakarta pada Selasa (30/4). Tak lama Sri pun resmi dinyatakan sebagai tersangka penerima suap bernilai ratusan juta rupiah.
Tak banyak yang menyangka, Sri Wahyuni ternyata bisa menjadi pesakitan. Apalagi sosoknya ternyata menyimpan banyak hal unik, yang jarang diketahui publik.
Dalam kronologi penangkapan yang diungkap Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan, Sri Wahyumi, perempuan berparas jelita itu, sedianya akan menerima berbagai hadiah pada ulang tahunnya yang dibelikan oknum pengusaha bernama Bernard Hanafi Kalalo.
Hadiah dimaksud berupa tas merek Channel seharga Rp97.360.000, tas Balenciaga Rp32.995.000, jam tangan Rolex Rp224.500.000, Anting berlian Adelle Rp32.075.000 dan cincin berlian Adelle Rp76.925.000. Pemberian itu ditengara fee atas proyek revitalisasi Pasar Beo dan Pasar Lirung.
Sayang sebelum hadiah itu sampai ke tangan Sri, Bernard telah ditangkap duluan oleh KPK. Bersama dia juga ditangkap oknum bernama Benhur Lalenoh, yang diduga perantara dalam pemberian fee ini.
Beberapa hari kemudian dari Melonguane Talaud, Sri dibawa ke Jakarta bersama lelaki Ariston Sasoeng, dalam kapasitasnya sebagai ketua kelompok kerja revitalisasi pasar. Dari Sasoeng ikut disita uang senilai Rp50 juta, diduga juga bagian dari fee proyek tersebut.
Sebelum kasus ini mencuat, nama Sri Wahyumi Manalip juga sempat di-blow up media sehubungan masalahnya yang sempat dinonaktifkan sebagai bupati oleh Menteri Dalam Negeri. Penyebabnya, Sri bepergian ke Amerika tanpa meminta izin kepala daerah di atas dia, dalam hal ini Gubernur Sulawesi Utara.
Terlepas masalah itu, di kampung halamannya Talaud, Sri Wahyumi dikenal sebagai perempuan pemberani. Beberapa hari sebelum dirinya diberangus, Sri sempat memecahkan rekor MURI karena aksinya menyeberangi Pulau Karakelang ke Pulau Miangas berjarak 127 mil laut menggunakan jetski, seorang diri. Sri Wahyumi menempuh perjalanannya selama 13 jam. Yang membuat aksi ini ekstrem, karena wilayah perairan itu dikenal memilik ombak hingga 4 meter dan banyak hiu.
Bupati Talaud terpilih 2014 ini memang bernyali tinggi. Dalam sebuah wawancara dengan penulis buku auto-biografinya, Iverdixon Tinungki, di Manado Sulawesi Utara belum lama ini, Sri mengaku mahir beladiri kungfu dan bermain double stick. Hal itu ditekuninya sejak masih kecil di bawah bimbingan papanya, seorang petani bernama Juutrianto Manalip.
Saya bisa memainkan double stick dan beberapa alat bela diri. Sejak kecil saya sudah dilatih ayah bela diri kungfu. Pada usia kelas 5 SD hingga SMP, kalau main ke mana-mana saya menyelipkan double stick di pinggang celana saya, ujarnya mengenang masa kanak-kanaknya sambil tertawa lepas.
Didikan keras ayahnya, kata dia, menjadikannya anak tomboy yang menyukai permainan ala anak-anak lelaki. Saya punya katepel dan cukup mahir berburu burung di pohon kenari tak jauh dari rumah kami di Beo, ungkapnya.
Dia lahir di Beo, Talaud, 8 Mei 1977 dari pasangan Juutrianto dan Kasih Tekengkara, Sri punya adik perempuan yang juga seorang politisi. Didikan orang tua dan kerasnya alam Talaud menjadikan Sri berkarakter tegas, alih-alih dibilang petarung.
Sri Wahyumi, ia sangat suka dengan laut. Karena tantangan alam laut membuat seseorang menjadi manusia bernyali. "Ada yang bertanya pada saya, apakah saya tidak takut dimangsa Hiu saat mengendarai Jet Ski menyeberangi laut lepas? Saya jawab, hidup mati seseorang itu di tangan Tuhan, mengapa harus takut?"
Dia juga tipikal pekerja keras. Untuk melaksanakan tugasnya, ia tak segan-segan berkendara Motor Trail melawati medan jalan yang berat, demikian juga mengendarai Jet Ski menempu jalur laut yang jaraknya cukup jauh. Ada kehendak kuat dalam dirinya untuk memajukan daerah yang dipimpinnya, meskipun harus bertarung melewati berbagai resiko.
Keberanian itulah yang tidak membuat ia gentar ketika beberapa tahun lalu sempat dinyatakan hilang dalam perjalanan mengarungi lautan dengan speed boat antara Talaud dan kabupaten tetangganya, Sangihe.
Dia juga tidak pasrah ketika tahun 2018 lalu kalah dalam Pilkada Talaud. Sri telah menyiapkan langkah-langkah politis lain, sebelum tersandung jeratan KPK. Tapi di Talaud, dia dikenal warga dan konstituennya sebagai perempuan petarung dari perbatasan.
Ady Putong