Tokyo, Gatra.com - Masako Owada (55 tahun) lahir di Tokyo tahun 1963. Dia adalah putri dari seorang diplomat dan menghabiskan masa kecilnya di Moskow dan New York. Setelah dewasa, Masako lulus dari Oxford dan Harvard, dan bekerja sebagai diplomat.
Masako fasih berbahasa Inggris, Prancis, dan Jerman. Di masa lalu dia menggunakan kemampuan diplomasinya untuk menyelesaikan masalah sengketa dagang antara Jepang dan Amerika Serikat. Selain itu, dia juga mengaku memiliki kemampuan bermain softball, ski, dan tenis.
Masako pertama kali bertemu dengan Pangeran Naruhito, yang saat ini sudah jadi kaisar pada Oktober 1986 di sebuah pesta penyambutan saat kunjungan Putri Spanyol, Elena.
Menurut laporan media, dari 800 pelamar, Masako menjadi satu di antara tiga wanita yang lulus ujian masuk Kementerian Luar Negeri Jepang pada 1987.
Setelah resmi bertunangan dengan Naruhito pada Januari 1993, Masako keluar dari kementerian tempat dia bekerja. Dia kemudian menikah di bulan Juni. Sekitar 190.000 orang menghadiri perayaan pernikahan saat mempelai melewati jalanan di pusat Kota Tokyo.
Masako dikenal sebagai rakyat biasa biasa yang menjadi putri di kekaisaran. Dia menjadi orang dari kaum rakyat biasa kedua setelah mantan permaisuri Michiko. Transisi kehidupannya dari rakyat biasa menjadi keluarga kekaisaran tidaklah mulus. Masako mengalami keguguran pada 1999, kemudian melahirkan anak perempuan pada 2001. Anaknya saat ini sudah berusia 17 tahun.
Kemudian, 15 tahun lalu Masako mengalami stress, yang diumumkan oleh Kekaisaran secara resmi sebagai “gangguan penyesuaian”. Hal tersebut membuatnya tidak bisa menjalankan tugas resmi kekaisaran lebih dari satu dekade.
“Situasi di mana saya tak bisa mengunjungi negara lain selama enam tahun memerlukan usaha besar untuk diriku melakukan penyesuaian,” kata Masako.
Dalam kurun waktu tersebut secara perlahan-lahan Masako mulai kembali menunjukkan dirinya kepada publik. Dia dan suaminya mengunjungi tempat evakuasi untuk bertemu dengan para korban bencaga gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011. Pada 2013, Masako mengunjungi Belanda, kunjungan tersebut menandai kunjungan keluar negeri pertamanya setelah 11 tahun.
Usahanya dalam menjadi putri kekaisaran telah bergema di media lokal, tapi beberapa berpendapat bahwa pengalamannya tersebut akan membantunya menjalani peran baru sebagai permaisuri. Sebagai permaisuri, dia diaharapkan bisa memiliki keterlibatan lebih pada publik.