Ketapang, Gatra.com – Radinus, Kepala Desa Nanga Kelampai, bisa tertawa lepas, ketika desa yang dipimpinnya teraliri listrik untuk pertama kali. Pasalnya sejak Indonesia merdeka, warga Desa Nanga tidak dapat menikmati listrik untuk kebutuhan sehari-hari. Baik untuk keperluan memasak nasi atau sekedar mengisi ulang daya ponsel.
Untuk keperluan penerangan saja, warga harus menggunakan genset. Akibatnya, warga mengeluarkan biaya sekitar Rp600 ribu hingga Rp700 ribu per bulan untuk membeli solar. Itupun belum termasuk biaya pembelian dan perawatan mesin genset jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan.
Bandingkan saja jika menggunakan listrik PLN, uang untuk solar per bulan tadi, bisa dipakai membayar listrik PLN untuk tiga hingga empat bulan.
"Mimpi dan penantian panjang kami selama puluhan tahun untuk dapat menikmati listrik kini telah terwujud. Keberadaan listrik tentunya akan merubah kehidupan warga desa menjadi lebih baik lagi,” kata Radinus.
Penyalaan listrik pertama kali di Desa Nanga Kelampai merupakan satu dari enam desa lainnya yang diresmikan oleh PLN. Lima desa lainnya yang juga baru mendapatkan aliran listrik adalah desa Menyembung, Benua Krio, Air Durian Jaya, Mekar Sari, dan Jungkal.
Bupati Ketapang Martin Rantan, yang turut hadir dalam peresmian, mendukung sepenuhnya upaya PLN dalam melaksanakan pembangunan dan perluasan jaringan listrik sehingga nantinya akan banyak desa yang akan menikmati listrik dari PLN.
"Kami akan segera membuat surat edaran kepada seluruh Camat dan Kepala Desa untuk mendukung PLN dalam menjaga infrastruktur kelistrikan, terutama jaringan listrik agar tidak terganggu oleh tanam tumbuh milik warga," ujar Martin.
General Manager PLN UIW Kalimantan Barat, Agung Murdifi, mengatakan peresmian listrik di 6 desa tersebut, merupakan bentuk komitmen PLN untuk terus meningkatkan rasio desa berlistrik yang ada di Kalimantan Barat.
"Listrik itu sangat penting. Hadirnya listrik di Desa Nanga Kelampai, Desa Menyumbung dan beberapa desa lainnya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujarnya di Ketapang (30/04),
Agung meminta, agar masyarakat turut menjaga aset infrastruktur kelistrikan yang sudah dibangun. “Agar pasokan listriknya aman, terutama dari gangguan tanam tumbuh yang berada disekitar jaringan listrik," katanya.
Untuk 6 desa yang baru dialiri listrik tadi, kata Agung, pihaknya telah membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 36,31 kms, jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 21,02 kms, dan 11 unit gardu distribusi berkapasitas 550 kVA.
Adapun total sambungan rumah yang akan dialiri listrik sebanyak 1.292 rumah. “Listrik PLN menyala, penantian panjang warga Desa Nanga Kelampai, Desa Menyumbung dan lainnya, berakhir,” kata Agung.
Agung juga menjelaskan, bertambahnya daerah yang dialiri listrik akan meningkatkan rasio elektrifikasi di Kalimantan Barat. Seperti diketahui, akhir tahun 2018 rasio elektrifikasi Kalimantan Barat mencapai 87,6%.
Sementara di tahun 2019 ini, PLN Kalbar merencanakan akan melistriki 60 desa/dusun, membangun JTM sepanjang 375,37 kms, JTR sepanjang 230,59 kms, dan gardu distribusi. Total kapasitasnya sebesar 9.975 kVA serta potensi penambahan pelanggan sebanyak 13.728 sambungan rumah.
Hingga akhir 2018 posisi rasio elektrifikasi di Kalbar sebesar 87,6%. Jika rencana tahun 2019 terealisasi, angka 87,6% akan terkerek signifikan.
Hendry Roris Sianturi