Magelang, Gatra.com – Masyarakat Jawa memiliki ikatan erat dengan air. Selain karena fungsinya, air memiliki koneksi intrapersonal bagi orang Jawa. Ada unsur Ketuhanan yang suci. Makna religius merembes dari celah-celah mata air. Tak aneh jika air kemudian sering dijadikan media ritual-ritual penting masyarakat Jawa.
Acara siraman nganten, ruwatan, dan larung menjadikan air sebagai unsur utama. Tak terkecuali dalam ritual padusan atau mandi membersihkan diri menjelang Ramadan. Masyarakat meyakini, poso (bulan Ramadan) harus disambut dengan raga dan hati yang bersih.
Pada mumnya masyarakat ramai-ramai mandi di sungai atau sendang. Selain membersihkan diri, mereka juga meluapkan kegembiraan bakal memasuki bulan Ramadan yang tidak lama lagi. Seperti yang dilakukan warga Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang. Dikemas dalam pertunjukan tradisi, ritual Bajong Banyu di Dusun Dawung layak dijadikan alternatif agenda wisata tahunan.
Menurut Ketua Karang Taruna Dusun Dawung, Gepeng Nugroho, 6 tahun belakangan ritual Bajong Banyu digelar di kampungnya. Ada banyak pesan moral yang disampaikan dalam acara ini. Antara lain menjaga alam dan lingkungan agar mata air sebagai sumber kehidupan warga tetap lestari.
“Mata air ini tidak tidak pernah kering. Bahkan Sendang Kedawung terus dipakai warga meski sudah memiliki sumur di rumah masing-masing,” kata Gepeng saat ritual mengambil air di Sendang Kedawung, Rabu (1/5).
Acara Bajong Banyu dipusatkan di Lapangan Tengah Dusun Dawung. Diiringi anak-anak dan remaja berkostum penari, tetua dusun berjalan kaki mengambil air di sendang berjarak 500 meter dari lokasi acara.
Di kolam batu seluas kurang lebih 8x5 meter kita dapat melihat lumpur di dasar sendang. Dikurung beberapa pohon rindang, Sendang Kedawung terlihat singup. Penari perempuan kemudian bergerak gemulai menyibak air. Diikuti secara bergantian tetua dusun menciduk air dan menampungnya dalam bejana. Air ini yang dibawa kembali ke lokasi acara untuk dibagi-bagikan kepada para pengunjung.
Puncak acara Bajong Banyu adalah perang saling menyiram air. Tidak ada batas tua-muda, tokoh masyarakat atau warga biasa, semua orang di lokasi acara bebas saling serang.
Kebersamaan warga merupakan pesan moral lainnya yang coba disampaikan dalam ritual tradisi Bajong Banyu. “Semua orang harus basah,” kata panitia melalui pengeras acara.