Jakarta, Gatra.com – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) bekerjasama dengan gabungan kelompok tani (Gapoktan) memasok kebutuhan operasi pasar dan Toko Tani Indonesia (TTI) yang dikelola BKP. Salah satunya Gapoktan yang digandeng adalah Gapoktan Tricipta yang berasal dari Kabupaten Bandung.
Menurut Ketua Gapoktan Tricipta, Ujang, kemarin pihaknya mengirim 3 ton bawang merah untuk operasi pasar Kementan di Jakarta pada (1/5). “Besok kami akan kirim 7 ton (lagi) ke Jakarta,” ungkap Ujang ketika ditemui Gatra.com.
Ujang mengungkapkan Ia masih memiliki stok bawang yang cukup. “Sebenarnya kami bisa mengirim lebih banyak lagi. Tapi, kita menjaga kualitas bawang yang dikirim,” tegas Ujang.
Ujang mengakui harga bawang merah di tingkat petani Kabupaten Bandung sekitar Rp 6.000/kg – Rp17.000/kg. Sedangkan bawang yang sudah kering dijual seharga Rp20.000/kg. “Bawang kalau basah dan kering ada perbedaan harga,” sambungnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini Kabupaten Bandung belum mengalami panen raya. Ia mengungkapkan pihaknya hanya memanen 10 hektar lahan pada bulan April. “Bulan Mei nanti ada sekitar 250 hektar dan Juni ada 200 hektar. Di masa yang akan datang, kita bercocok tanamnya diatur, sehingga ketersediaannya selalu ada,” ujarnya.
Ujang mengungkapkan kemarin harga bawang naik karena belum ada yang panen. “Kalau yang lain belum panen. Kalau di sini sudah panen. Ada yang sudah panen, ada yang usianya 45 hari, ada yang 20 hari, ada juga yang baru tanam,” ungkapnya. Ia mengungkapkan hal tersebut dilakukan agar stok selalu ada.
Ia menambahkan terdapat 500 ha lahan bawang merah di Kecamatan Cimenyan tempat Gapoktan Tricipta berada. Dari 500 ha, 100 ha dimiliki kelompoknya. “Dari 100 ha dikali rata-rata produksi 10 ton per hektar didapatkan 1.000 ton,” ujarnya. Ujang mengaku kelompoknya bisa tiga kali tanam dalam setahun, sehingga kelompoknya dapat menyumbang stok 3.000 ton tiap tahunnya.
Melalui kerjasama dengan TTI, Ujang merasa terbantu dalam segi pemasaran produk. Berbeda dengan harga pasar yang fluktuatif, harga di TTI sesuai kontrak dengan petani. Selain itu, pihaknya mendapatkan dana operasional untuk menjalankan aktivitasnya.
Di lain kesempatan, Manager TTI Inti Pertiwi menekankan kepada Gapoktan mitra agar berkomitmen bersama pemerintah dalam upaya menstabilkan harga. Ia melanjutkan, pemberian dana operasional merupakan semacam insentif yang diberikan agar petani mau menjual hasil panennya di bawah harga pasar ketika tinggi. “Kami ingin memperpendek rantai pasok,” ungkap Inti.
Menurut Inti, Kementan akan terus melakukan operasi pasar selama harga masih tinggi. “Sekarang orang nggak berani macam-macam. Kami punya petani (mitra Gapoktan) lho!” tegasnya.