Semarang, Gatra.com - Bila ingin menikmati sensasi menyeruput kopi di atas ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut bisa datang ke kedai Warung Desa (Wade) Kampoeng Kopi Sirap. Kampung ini berada di lereng pegunungan Kelir yakni di Dusun Sirap, Kelurahan Jambu, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.
Ada berbagai rasa kopi yang disajikan di kedai di Kampoeng Kopi Sirap, dan yang paling terkenal adalah kopi Robusta rasa moka. “Pengunjung yang datang ke sini kami rekomendasikan kopi robusta rasa moka dari Dusun Sirap,” kata barista kedai Wade, Moh. Hafiz kepada rombongan wartawan yang mengikuti kegiatan media gathering di tempat itu, Senin (29/4). Rasa kopi robusta cenderung agak pahit, berbeda dari kopi arabika yang lebih asam
Soal harga, bisa dibilang cukup terjangkau. Kopi robusta rasa moka dijual Rp15.00 per cangkir ukuran sedang. Untuk kopi vietnam drip harganya Rp15.000, aero pras Rp15.000, espresso Rp15.000, chemex Rp20.000. kopri tubruk Rp10.000, dan kopi klotok Rp15.000. “Nama-nama minuman kopi sesuai dengan alat yang digunakan untuk meracik kopi,” kata Hafiz.
Untuk mencapai lokasi Kampoeng Kopi Sirap cukup mudah. Kampung berada di tengah-tengah jalan utama Semarang-Yogyakarta, yakni di tikungan tanjakan jalan Kopi Eva atau tempat pedagang penjual buah nangka.
Bagi rombongan wisatawan yang mengunakan bus, mereka harus berganti menggunakan mobil untuk menuju lokasi karena kondisi jalannya menanjak dan sempit. Bila mengendarai mobil pribadi ataupun sepeda motor, wisatawan bisa sampai langsung sampai ke lokasi, namun tentu saja harus lebih hati-hati.
Kawasan Kampoeng Kopi Sirap telah dijadikan sebagai obyek wisata edukasi kopi dan budaya. Pengunjung tidak hanya menikmati kopi, tapi juga mendapatkan edukasi tentang perkopian. Terdapat sebuah rumah edukasi kopi yang dilengkapi sejumlah peralatan mengolah kopi. Beberapa barista berusia muda warga Sirap akan menjelaskan cara mengolah kopi yang baik dan benar agar mendapatkan rasa yang nikmat.
Di Kampoeng Kopi Sirap, pengunjung bisa menyeruput kopi sembari menikmati Susana alam perkebunan yang sejuk serta hiburan kesenian masyarakat setempat, seperti Tari Reog, Tari Gadung Melati, dan Tari Bocah Sirap.
Menurut Camat Jambu Kabupaten Semarang, Moh. Edi Sukarno, Wisata Edukasi Kopi dan Budaya Sirap dikelola sepenuhnya oleh warga setempat. “Tidak ada investor. Semua dikelola sepenuhnya secara swadaya oleh warga yang kebanyakan petani kopi. Mereka tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) Dusun Sirap,” katanya.
Menurut dia, di kampung itu dikembangkan sebagai wisata kopi karena 25% dari total 41.000 warga Kecamatan Jambu menggantungkan hidup dari komoditas tersebut. “Total lahan perkebunan kopi mencapai 1.150 hektare dengan produk sebanyak 1.000 ton per tahun," kata Edi. Untuk jenis kopinya adalah robusta.
Ketua Gakpotan Tani Rahayu IV Dusun Sirap, Ngadiyanto, mengatakan, petani semula hanya menjual produksi kopi dalam bentuk serbuk ke sejumlah pasar di wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya. “Pada awal 2017 kemudian membuka Wande Kampoeng Kopi Sirap yang melayani pengunjung dapat menikmati kopi seduh ditempat,” ujar dia.
Jumlah pengunjung Wande Kampoeng Kopi Sirap hari terus meningkat. Pada akhir pekan, jumlah pengunjujngnya mencapai puluhan orang.