Home Internasional Wabah Ebola di Kongo Capai Rekor dalam Satu Hari

Wabah Ebola di Kongo Capai Rekor dalam Satu Hari

Butembo, Gatra.com - Pakar kesehatan menyatakan semakin khawatir tentang jumlah orang yang sakit dengan virus Ebola yang tidak pernah mencapai pusat perawatan. Hal itu dikhawatirkan memungkinkan penyakit ini menyebar ke pengasuh dan orang lain yang tak terhitung jumlahnya.

Dilansir dari laman Associated Press, Kongo pada Senin (29/4) menetapkan rekor baru sebanyak 27 kasus yang dikonfirmasi ini dalam satu hari, kata Kementerian Kesehatan Kongo. Selama empat hari terakhir 93 kasus telah dikonfirmasi.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO, mengatakan 126 kasus baru yang telah dikonfirmasi dilaporkan selama tujuh hari yang berakhir pada Minggu (28/4). Angka ini merupakan penghitungan terbesar dalam wabah ini yang pertama kali dinyatakan pada Agustus. Lima belas kematian dilaporkan pada hari Minggu saja, menandai jumlah kematian tertinggi yang dilaporkan pada satu hari dalam wabah.

Baca Juga: Pusat Penanganan Wabah Ebola di Kongo Diserang Teroris

Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic berusaha mengecilkan arti dari angka-angka yang lebih tinggi, mengatakan jumlah kasus "ditafsirkan lebih baik sebagai peningkatan aktivitas kasus di daerah potensi wabah."

"Kami tidak menganjurkan ungkapan ini sebagai 'catatan' atau serupa karena itu tidak mencerminkan aktivitas atau data terkini, dan memberikan pandangan yang mengkhawatirkan tentang wabah," tulis Tarik dikutip dari Associated Press, Rabu (1/5).

Fakta bahwa banyak yang sekarat di luar sistem perawatan kesehatan berarti skala penuh krisis tidak diketahui. "Mungkin ada dua kali lipat dari banyak kasus ini dalam kenyataan yang tidak kita sadari. Hanya sebgian kecil yang benar-benar memeriksakan diri mereka ke pusat-pusat kesehatan," kata Direktur tanggap darurat untuk krisis respons Ebola pada Komite Penyelamatan Internasional (International Rescue Committee/IRC), Tariq Riebl.

Baca Juga: Sekitar 500 Orang Meninggal Akibat Topan Idai Mozambik, MSF Lakukan Tanggap Darurat

Jasarevic mengatakan 38% dari orang yang meninggal selama periode tujuh hari yang berakhir pada hari Minggu telah meninggal sebelum mencapai Pusat Perawatan Ebola. Jumlah ini diklaim turun dari lebih dari 60% sekitar dua bulan lalu.

Ketidakpercayaan terhadap petugas kesehatan, dikombinasikan dengan situasi keamanan yang sangat tidak menentu di pusat wabah, menempatkan respon Ebola dalam bahaya serius. Lonjakan dalam kasus yang tercatat telah dikaitkan dengan serangkaian serangan yang telah menghambat upaya petugas kesehatan untuk pergi ke masyarakat yang terkena dampak untuk mendidik dan memvaksinasi.

Pada 19 April, seorang ahli epidemiologi Kamerun yang bekerja dengan WHO terbunuh dalam serangan terhadap sebuah rumah sakit di kota Butembo. Dua petugas kesehatan lainnya terluka.

Baca Juga: Masa Tanggap Darurat Berakhir , MSF Tetap Layani Korban Tsunami Banten

IRC mengatakan mereka harus mengurangi upaya triase di daerah-daerah tersebut sebagai hasilnya. Lembaga Médecins Sans Frontières (MSF)/Dokter Tanpa Batas juga telah keluar sementara, meninggalkan Kementerian Kesehatan untuk menjalankan pusat perawatan di Butembo.

Para ahli kesehatan telah mengaitkan perlawanan masyarakat dengan fakta bahwa Kongo Timur telah menderita seperempat abad konflik bersenjata, yang menyebabkan ketidakpercayaan mendalam terhadap pejabat pemerintah yang sekarang menjalankan pusat perawatan. Pemilih di wilayah Ebola juga tidak dapat memberikan suara dalam pemilihan presiden Januari. Kondisi ini memperdalam dugaan bahwa Ebola telah dibawa ke wilayah tersebut untuk kepentingan politik.

Sekarang ada 957 kematian di antara 1.466 kasus yang dikonfirmasi dan kemungkinan dilaporkan dalam wabah ini, kata WHO.

2268