Surabaya, Gatra.com – Masyarakat akar rumput cukup resah pasca pelaksanaan Pemilu 17 April 2019. Pasalnya, dua pasangan calon presiden saling klaim kemenangan. Bahkan, masing-masing pendukung bereuforia berlebihan.
Sebanyak tujuh organisasi mahasiswa Jawa Timur yang tergabung Cipayung Plus pun angkat bicara. Saling klaim yang berakibat perdebatan tiada ujung dinilai kontra produktif dengan semangat demokrasi.
Aktivis mahasiswa ‘Cipayung Plus’ Jatim juga meminta sejumlah pihak untuk menghentikan narasi menyalahkan penyelenggara Pemilu 2019. Selama ini negara dianggap tidak mampu, padahal sudah menjalankan sebagaimana mestinya.
“Mereka menggiring opini di media, seakan KPU dan Bawaslu tidak profesional dan dianggap melakukan kejahatan struktural,” kata Ketua Umum PMII Jatim Abdul Ghoni mewakili tujuh organisasi mahasiswa dalam konferensi persa di Rumah Makan Agis Surabaya, Selasa (30/4/2019) malam.
Ghoni mengimbau semua elemen masyarakat dan mahasiswa untuk saling menjaga kondusifitas Negara. Salah satunya dengan menunggu penghitungan resmi KPU pada 22 Mei 2019 mendatang.
Pada kesempatan itu, Cipayung Plus juga menyampaikan rasa duka cita atas gugurnya penyelenggara pemilu akibat kelelahan saat mengawal proses demokrasi. “Turut berbelasungkawa kepada semua penyelenggara pemilu dalam tugasnya mengawal demokrasi,” kata Ghoni.
Selain Ghoni, turut pula menyertai Ketua HMI Yogi Pratama, Ketua KAMMI Rijwl Rachman, Ketua GMNI Nabrisi Rohid, Ketua GMKI Ridwan, Ketua KMHDI Wayan, dan Ketua PMKRI Aldo.
Siang sebelum melakukan konfrensi pers, mereka mendatangi kantor KPU Jatim dan Bawasu Jatim. Mereka memberikan dukungan moral kepada penyelenggara pemilu.
Reporter: Abdul Hady JM
Editor: Bernadetta Febriana