Tokyo, Gatra.com - Untuk pertama kalinya setelah 200 tahun, seorang Kaisar Jepang melepaskan takhta kekuasaannya. Kaisar Akihito menyatakan mundur setelah puluhan tahun naik takhta.
"Sejak naik tahta 30 tahun yang lalu, saya telah melakukan tugas sebagai seorang kaisar dengan rasa kepercayaan yang dalam dan rasa hormat kepada orang-orang, dan saya menganggap diri saya paling beruntung bisa melakukannya," ujar Kaisar Akihito dalam sebuah upacara Selasa sore (30/4) di Istana Kekaisaran, Tokyo.
Akihito secara tulus menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang menerima dan mendukungnya dalam peran sebagai simbol negara. Ia kemudian menutupnya dengan doa untuk perdamaian dan kebahagiaan bagi semua orang di Jepang dan di seluruh dunia.
Dilansir dari npr.org, Akihito yang telah mengabdi selama 31 tahun, adalah kaisar pertama yang mengabdikan dirinya dalam peran simbolis murni dan ditetapkan oleh konstitusi Jepang pasca-Perang Dunia II, yang dirancang oleh Amerika Serikat (AS). Dia juga kaisar pertama yang menikah dengan rakyat jelata dan menjadi Permaisuri Michiko.
Hari menjelang pengunduran diri Akihito penuh dengan ritual. Menurut mitologi Jepang, garis kekaisaran selama 2.600 tahun dimulai dengan dewi matahari Shinto Amaterasu Omikami. Oleh karena itu, saat fajar, Akihito memberi tahu dewi matahari bahwa dia akan turun takhta.
Kemudian, pada upacara turun takhta. Akihito secara simbolis mengakhiri pemerintahannya dengan mengembalikan tiga harta keramat yakni cermin, pedang, dan permata yang melambangkan takhta.
Pada upacara sore itu, Perdana Menteri Shinzo Abe berjanji akan terus melakukan yang terbaik untuk membuat Jepang menjadi negara yang damai, penuh harapan, dan bisa dibanggakan.
Putra Akihito, Naruhito, akan naik takhta pada Rabu (1/5). Seperti yang dikatakan Anthony Kuhn dari NPR kepada Morning Edition, Naruhito yang belajar di Oxford University dianggap sebagai raja kosmopolitan dan diperkirakan akan melanjutkan upaya ayahnya untuk membawa monarki ke zaman modern. Dengan pemerintahan Naruhito, era kekaisaran baru dengan nama "Reiwa" akan dimulai.
Akihito pertama kali mengisyaratkan untuk turun tahta pada tahun 2016, ketika berpidato tentang usia yang semakin bertambah dan beban yang harus diterima dari jadwal harian yang buruk untuk kesehatannya.
Abe mengumumkan pada Desember 2017, bahwa Akihito akan menyerahkan takhta pada April 2019. Hukum menyatakan kaisar memerintah seumur hidup, tetapi Parlemen Jepang mengeluarkan satu kali pengecualian, yang memungkinkan Akihito pensiun.
Mayoritas publik Jepang mendukung keputusan Akihito. "Saya pikir mereka paham untuk membiarkan seorang pria berusia 85 tahun pensiun yang sebenarnya hanya bagian dari membawa monarki ke zaman modern," kata Kuhn kepada All Things Considered NPR. Sebelum Akihito, tidak ada kaisar yang turun takhta sejak Kokaku pada tahun 1817.